4🍁

131K 11.8K 187
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Fakta baru yang Arana dapatkan. Tidak ada yang tahu tentang pertunanganya dengan Hades dan itu cukup membuat Arana bernafas lega.

Ehh tapi

Gara-gara dirinya berangkat bareng Hades tadi pagi, dirinya berhasil jadi bahan gosib murid SMA Cendana.

Tapi lupakanlah...harusnya dirinya siap, jika hidupnya tak akan sama. Hidup tenangnya telah hilang...

Ohhh....menyedihkan sekali...

Dengan pelan Aranaa memakan batagor yang dia pesan di kantin sekolah.
Entahlah, sejak hidup di dunia semu ini Rana tidak memiliki nafsu makan yang bagus.

Bagaimana punya nafsu makan jika sedang dilanda musibah? Yaa..ini adalah sebuah musibah bagi Arana.

"Kenapa Ran? lesuh gitu." Arana menoleh pada Sasti lalu menggeleng pelan.

"Kenyang."  Lalu dia meletakan sendok dan membersihkan mulutnya menggunakan tisu yang memang tersedia di meja kantin.

"Masih banyak batagor nya Ran."

"Kalo mau buat lo aja"

"Aisshhh makasih Rana cantik" dengan semangat Lia menggeser piring Arana untuk mendekat dan memakannya tanpa beban.

"Enak!" Serunya membuat Arana tersenyum tipis. Sangat tipis.

Lalu dia menelungkupkan kepalanya pada meja. Memandang Puput yang memakan mie ayamnya disambi  membaca buku sejarah kedatangan bangsa barat di Indonesia.

Benar-benar anak ambis.

Lama-lama matanya memberat. Kebisingan kantin samar-samar menghilang. Tidak setelah mendengar sesuatu yang terbanting.

Pyarrrrr

Arana terkejut dari kantuknya. Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara itu. Kantin yang tadinya riuh semakin riuh.

"Ada apa" Tanya Arana serak.

"Itu Malvin mecahin piringnya Mira."

Deg

Kantuk yang tadi hinggap terbang entah kemana digantikan dengan degub jantung yang bertalu-talu.

"Siapa? Malvin? Mira?"

"CK iyaa, makanya jangan molor aja."

"Huhh" gadis itu mendengus.

"Emangnya kenapa? Emm maksudnya masalahnya apa?" Arana kembali bertanya.

Apakah alur tetap berjalan semestinya?

Sasti meletakan ponsel yang sejak tadi ia mainkan lalu menghadap Arana.

"Biasa, sifat keposesifanya Malvin kambuh. Lo tau sendiri kan gimana dramanya pasangan yang satu ini."

Arana termenung

"Coba pikir deh, gara-gara Mira bicara sama Bobi aja dia marah. Toxic banget tau gak."

"Mira juga, udah tau Malvin gak waras, masih mau aja."

Arana paham, karena di dalam novel memang di ceritakan jika Malvin adalah sosok yang sangat posesif dan penuh dengan obsesi terhadap Mira.

Tidak seharusnya Sasti mencibir Mira, karena sebenarnya Mira juga terpaksa.

Dan satu rahasia yang para tokoh tidak ketahui

Malvin dan Mira

Mereka sudah menikah

Jadi alur novel tetap berjalan semestinya?

Adegan ini adalah ketika Mira bertanya pada Bobi tentang acara gelar karya dan bazar yang akan dilangsungkan di SMA Cendana. Pada saat itu Malvin marah besar dan langsung menyeret Mira pulang tak peduli jika masih dalam jam pembelajaran.

Tapi bukan itu point pentingnya, Karena ketika mereka sampai di apartment Malvin. Protagonis pria itu menyiksa Mira. Menyayat bahu Mira membentuk sebuah tulisan 'Malvins'

Yaaaa dia psikopat

Memang harus seperti ini
Arana berharap alur tidak akan melenceng hanya karena kehadiranya.

"Tapi Malvin tuh ganteng Sas, gak salah lah kalo Mira tetep mau."

Suara itu membuat Arana kembali sadar dari pikiranya.

"Buat apa ganteng kalo gila." Lia mendengus mendengarnya.

"Puput mana?"

"Kabur duluan, dia kan paling anti sama keributan."

Arana paham, sahabat Arana yang satu ini. Entah sudah berapa kali Arana harus merasa insecure dengan keambisan Puput.

"Sekarang, Malvin sama Mira nya kemana?" Arana celingak celinguk.

"Udah pergi, mana perginya pakai seret-seretan. Le to the bay lebay."

"Terus-

"Banyak tanya lo!"

Sebenarnya Arana penasaran bagaimana rupa rupa mereka berdua.

Apa... yang tadi di toilet itu.... Mira?

🍁🍁🍁🍁🍁

Arana mengemasi buku-bukunya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi tapi karena Arana harus menyelesaikan catatan biologi jadinya dia pulang sedikit terlambat.

Menghela nafas panjang Arana keluar dari kelas dan betapa terkejutnya dia melihat pemuda berhody hitam sedang bersadar pada pintu.

"Pulang?"

"Hah??" Mengendikan bahu acuh pemuda tampan itu merangkul Arana lalu membawa mereka menjauh dari kelas.

"Gue pikir, lo udah pulang." Tidak ada jawaban. Hades mendorong Arana agar gadis itu masuk ke dalam mobil lalu disusul dirinya.

Di perjalanan tidak ada suara. Hades yang irit bicara dan Arana yang malas berbicara. Sungguh pasangan yang klop

Lagi-lagi Arana melamun. Memikirkan nasib aneh yang menimpa dirinya. Bagaimana dirinya bisa masuk dalam cerita khayalan orang?

"Mau makan?" Arana terkejut. Dengan cengo dia menoleh pada Hades.

"Gimana?"

Pemuda itu menghela nafas panjang
"Makan. Mau?"

Sejenak Arana termenung, entah apa yang dia pikirkan. Sampai dirinya tersentak saat merasakan elusan di kepalanya.

"Jangan melamun."

"Maaf"

"Hm, kita mampir ke BlueResto ya?"

🍁🍁🍁🍁🍁


Aku tak tau apa yang harus ku lakukan....

Haruskah ku memilih antara Echan dan Nana....

Dua duanya sama-sama ku suka....

Tapi aku bingung harus pilih yang manaaaa....

 

Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang