27🍁

49.3K 4.6K 129
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

Malvin melangkah tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Lalu dia memasuki sebuah ruangan VVIP. Sampai di sana. Dia melihat seorang pria paruh baya bertubuh ringkih dengan memakai alat penunjang kehidupan.

Tatapannya berubah sayu

Dia mendekati seorang pria ber jas putih yang di temani perawat perempuan yang sedang mencatat sesuatu.

"Bagaimana keadanya?"

Dokter itu sempat terkejut tentang keberadaan Malvin. Kapan pemuda itu masuk?

"Malvin, apa tidak sebaiknya kita lepas alat-alat ini. Saya merasa ka-

"Jaga bicaramu jika masih ingin hidup"

Dokter itu menghembuskan nafas lelah. Entah bagaimana lagi caranya menjelaskan kepada pemuda itu jika semua ini hanya sia-sia? Tidakkah pemuda itu merasa kasihan kepada ayahnya sendiri?

"Ikhlaskan dia Malvin"

"Kau dokter kan?"

Dokter itu mengangguk mendengar pertanyaan dari remaja SMA itu

"Lakukan selayaknya dokter bekerja."

"Saya sudah melakukanya dan sudah sepatutnya saya melakukan yang terbaik untuk pasien saya" lugas dokter itu

"Jika begitu sembuhkan ayah saya"

Dokter itu menggeleng pasrah. Pemuda ini memang keras kepala.

"Saya tinggal dulu" lalu dokter itu pergi diikuti oleh seorang perawat.

Sepeninggal dokter dan perawat itu Malvin mendekati ranjang. Meraih tangan ringkih yang dulu selalu menggedongnya dengan penuh kasih sayang.

"Bangun, ayah yang mengajarkan Malvin agar jadi orang kuat. Lalu ayah sendiri bagaimana?"

"Malvin selalu nunggu ayah"

🍁🍁🍁🍁🍁

Arana pulang dengan lesu. Dirinya telah memberanikan diri untuk bertemu dengan Malvin tapi hasilnya malah mengecewakan.

Rasanya sangat melelahkan

"Rana? Darimana?" Tanya Dela yang sedang menonton TV.

Arana menjatuhkan dirinya pada pangkuan sang ibu. Dela hanya pasrah, dengan lembut dia membelai surai sang anak.

"Ma, Arana capek" guman Arana tidak jelas.

"Kenapa?"

Gadis itu menggeleng pelan. Menatap ibunya dari bawah. Bagaimana jika suatu saat Dela tahu atau bahkan semuanya tahu jika dia bukanlah Arana yang asli? Apa mereka masih bisa menerimanya?

"Ohh iya mama hampir lupa. Tadi ada paket untuk kamu. Paketnya mama taruh di kamar kamu."

Arana menyipitkan mata bingung

"Paket? Dari siapa?"

"Gak ada namanya, coba cek. Mungkin nama pengirimnya ada di dalamnya."

"Hmm"

Dengan malas Arana bangkit lalu pergi menuju kamarnya.

Sampai di kamar dia menemukan sebuah kotak yang terbungkus di meja belajarnya.

Mengambil kotak itu, Arana membolak-balikan kotak itu, mencari nama pengirim. Tapi, memang tidak ada nama sang pengirim.

"Siapa ya?" Tanya gadis itu pada dirinya sendiri.

Lalu dengan penuh penasaran dia membuka kotak itu.

"Arghhhhhhh" teriak Arana membuang kotak itu. Bagaimana bisa? Siapa yang melakukan ini? Terror lagi?

Sebuah boneka singa dengan badan dan kepala yang terpisah. Belum lagi cairan berwarna merah yang melumuri bagian leher boneka itu.

Selembar kertas ditemukan Arana di samping boneka itu. Bahkan kertas itu juga terkena cairan amis itu

hancur
Mati
Akhir

Apa maksudnya?

🍁🍁🍁🍁🍁

Malam yang pekat. Malvin pulang dalam keadaan mabuk.

Brakkk

Dengan kasar dia menutup pintu apartment

Pemuda itu mengeryit bingung ketika mendapati apartment yang gelap. Tidak, sebenarnya apartmentnya cukup terang dengan cahaya lilin yang menghiasi penjuru apartmentnya.

Apa-apaan

"Mira!! Mana lo!?"

"Mira, denger gak lo anjing!"

Pemuda itu mendudukan diri pada sofa. Memijit pelipisnya pelan. Kenapa bisa sepusing ini?

"Malvin"

Pemuda itu menoleh pada sumber suara. Lalu pemuda itu melotot kaget ketika mendapati sang istri berdiri dengan nampan berisi dua gelas minuman di tangannya. Bukan itu point pentingnya. Tapi-

Kenapa gadis itu hanya memakai rok pendek sepaha yang bahkan tidak memiliki lengan. Apa istilahnya?

Lingeria

"Lo udah pulang?" Ucap gadis itu mendekat pada suami.

"Minum gihhh"

Dengan malas Malvin meraih gelas yang disodorkan Mira. Meneguknya hingga menyisakan setengah.

Diam-diam Mira tersenyum puas. Lalu gadis itu duduk di samping sang suami. Ikut meminum minumanya.

"Apa yang lo lakuin Mira?"

"Hanya ingin memperbaiki takdir"

Pemuda itu menatap tajam
"Apa maksud- ashhhh panas"

Mira terkekeh ringan. Dengan berani dirinya mendudukan diri pada pangkuan sang suami.

"Lo mau apa ashhhhh" pemuda itu kegerahan

"Panas ya?" Mira mengalungkan tangannya pada leher Malvin. Dengan berani dirinya mendekatkan diri lalu mencium leher pemuda itu.

"Gimana? Dingin gak?"

"Lo!" Malvin mencekik leher Mira. Berharap mendapatkan kesejukan persis ketika gadis itu mengecup lehernya. Namun tidak ada hasil.

"Lo udah ngelewatin batas. Lo bakal nyesel my rose"

Mira terkekeh mendengarnya
"Jika sebelum itu gue bisa dapetin lo seutuhnya Malvin-

Gadis itu membelai pipi Malvin penuh perasaan

"Jika setelah ini gue mati, gue bakal mati dalam keadaan puas"

🍁🍁🍁🍁🍁

Hahahaha up lagi nihhhhh

Seneng gakkk

Biasa Aja???





Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang