28🍁

50.2K 5.1K 107
                                    


🍁🍁🍁🍁🍁

Awan tampak hitam, tetesan air langit perlahan membasahi bumi. Ketika semua orang mencari tempat berteduh, seorang gadis belia umur sekitar 10 tahun duduk diam pada sebuah taman.

Pandangan gadis itu lurus ke depan. Bahkan dirinya tidak terpengaruh oleh orang-orang yang berseliweran di depannya.

Gadis itu.... Tuna netra

Perlahan gadis itu mulai merasakan basah pada tangannya akibat air hujan.

"Yahhh kayaknya hujan deh" Gumam gadis itu.

"Kok mbak Ana belum ke sini ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Mbak Ana, dia adalah pengasuh gadis itu. Tadi dia pamit untuk pergi membeli eskrim coklat kesukaan gadis itu. Namun sampai sekarang dia tak kunjung kembali.

"Duhh kayaknya makin gede lagi ujannya. Apa aku pulang sendiri aja ya?"

Gadis itu berdiri hendak berlalu. Berbekal tongkat di tangannya dengan meraba dia menyusuri jalan.

Namun lalu lalang orang tidak memperhatikannya hingga dia hampir tersungkur akibat dorongan orang. Untung saja ada seseorang yang menahanya.

"Kamu gak papa?" Tanya orang itu setelah berhasil membawa sang gadis kembali duduk di kursi taman.

"Gak papa. Makasih ya? Untung ada kamu."

Orang itu tersenyum. Walau sebenarnya dia tahu jika sang gadis belia itu tak akan melihatnya.

"Kamu sendirian?"

"Sebenarnya tadi aku sama mbak Ana, tapi dia pergi beli eskrim gak balik-balik" ucap gadis itu dengan bibir yang mengerucut lucu.

Sejenak anak laki-laki yang tadi membantunya terpaku.

Pipi gembil itu, kenapa rasanya dia ingin menggigit nya?

"Aku tungguin kamu sampai mbak siapa tadi?"

"Mbak Ana!"

"Akhh ya,aku tungguin sampe mbak Ana dateng" ujar anak laki-laki itu semangat.

Gadis itu mengangguk ribut.
"Boleh boleh boleh! Ehh tapi emang kamu gak papa nungguin aku?"

Anak laki-laki itu menyergit bingung
"Kenapa emangnya?"

"Takutnya kamu bosan" ujar gadis itu lesu.
"Aku gak bisa lihat, kamu gak malu duduk sampingan sama aku?"

"Kenapa harus malu?"

"Semua orang gak mau temenan sama aku gara-gara aku gak bisa lihat" gadis itu menunduk sedih.

Dan entah kenapa anak laki-laki itu tidak senang melihatnya.

"Aku mau kok jadi teman kamu" kata anak laki-laki itu dengan menggebu-nggebu.

Seketika wajah gadis itu berubah penuh binar. Mata indahnya mengerjab tak percaya

"Beneran?"

"Iyaaa" anak laki-laki itu mengelus pipi gadis belia di sampingnya.

"Jadi jangan sedih lagi ya? Setiap hari sepulang sekolah kita harus main ke taman ini. Biar kita bisa main bareng."

"Wahhh pasti sangat menyenangkan. Kita bisa makan eskrim bareng terus berbagi cerita, kita juga bisa main ibu ayahan!" Gadis itu sangat semangat.
Membayangkan hari-hari yang penuh kesenangan

Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang