17

74.4K 7.3K 41
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Seorang pemuda memasuki sebuah rumah besar dengan raut yang tidak bersahabat.

Tepat ketika dia sampai di depan pintu. Pintu itu terbuka oleh seorang penjaga di pintu utama.

"Tuan besar sudah menunggu, silahkan masuk tuan muda" ujar salah satu penjaga sopan. Kepalanya sedikit menunduk.

Pemuda itu berlalu tanpa berniat menjawab penjaga tadi.

"Tuan muda" seorang laki-laki berusia sekitar 28 tahun berpakaian formal mendekatinya.

"Akhirnya tuan muda pulang. Mari,
tuan besar sudah menunggu di ruang kerjanya."

"Ck basi" gumam pemuda itu dengan kesal. Walau begitu dia tetap mengikuti orang tadi. Masuk ke sebuah lift, orang berpakaian formal tadi menekan angka 3

Kemudian mereka berjalan menyusuri lorong yang dindingnya dihiasi oleh beberapa lukisan antik.

Tepat di depan sebuah ruangan mereka berhenti. Lagi-lagi ruangan ini mempunyai patung hidup di setiap sisi pintu luarnya.

Rio, orang berpakaian formal itu memerintahkan para penjaga untuk membuka pintu lewat kilatan matanya

Lalu pintu itu terbuka

Menampilkan sebuah ruangan yang sangat luas. Ruangan ini memiliki tiga pintu yang saling terhubung.
Pintu pertama adalah kamar, pintu kedua merupakan walk in closet dan pintu terakhir berupa kamar mandi.

Tak jauh dari meja kerja terdapat sofa yang mungkin di sediakan untuk tamu. Tak lupa televisi untuk mengurangi rasa bosan.

Kenapa pemuda itu bisa tahu?

Karena dulu, sewaktu kecil dia sering bermain bersama dia di ruangan ini.
Mengingat momen itu membuat pemuda itu berdecih jijik

"Mari tuan muda"

Tanpa melirik Rio pemuda itu memasuki ruangan. Dengan sabar Rio mengikuti pemuda itu. Tak lupa dia menyuruh penjaga agar pintu ditutup kembali.

"Silahkan duduk tuan muda"

"Mana dia?"

"Tuan besar-

Cklek

Salah satu pintu terbuka. Itu adalah pintu kamar. Hanya mengenakan bathrobe seorang pria paruh baya mendekati mereka. Melihatnya membuat pemuda itu menatap jijik pada pria itu.

"Kau sudah datang?"

"Apa mau mu"

Pria tadi terkekeh geli. Kakinya berjalan mendekatinya meja sofa. Lalu dengan gaya elegant nya dia menuang wine pada gelas yang memang tersedia di ruangan itu.

"Calm down son. Mau minum?"  Pria itu menawarkan.

Cih

Pemuda itu berdecih jijik.

"Kau tidak lelah berdiri di situ? Setidaknya duduklah dahulu."

"Jangan basa-basi"

Setelah menandaskan minuman nya pria itu duduk di kursi kebesaranya. Mengambil sebuah map berwarna biru dan melemparkanya pada Rio. Dengan sigap Rio menerimanya.

"Berikan pada anak itu."

"Tuan muda-

Srekkkk

Rio hanya bisa sabar ketika tanpa perasaan pemuda itu merebut map di tangan nya.

"Saya tidak setuju!" Pemuda itu berseru ketika selesai membaca isi dari map itu

Pria itu tersenyum sinis
"Apa hak mu?"

Pemuda itu menggeram marah. Tangan nya mengepal kuat. Meremas map di genggaman nya.
"Saya anaknya"

"Jangan lupa dia masih mempunyai suami. Aku suaminya."

"Suaminya sudah tiada!!"

Pria itu melotot terkejut dibuat-buat
"Kau tahu? Hati ku terluka mendengarnya." Ucapnya dengan raut sedih. Yang pastinnya dibuat-buat.

"Bajingan" desis pemuda itu

"Dengan atau tanpa persetujuanmu, semuanya akan tetap berjalan."

Mendengarnya membuat pemuda itu terkekeh sinis
"Kita lihat saja nanti"

Brakkk

Pemuda itu membanting pintu. Meninggalkan ruangan serta rumah besar itu.

"Dia sangat keras kepala"

"Ya seperti ayahnya"

🍁🍁🍁🍁🍁

Tunangan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang