Bab 14 Cerita Dari Masa Lalu

2.5K 641 198
                                    

"Seandainya, yang menjadi calon istri Mas Ilman itu Mbak Dida

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seandainya, yang menjadi calon istri Mas Ilman itu Mbak Dida. Tentu aku tidak perlu repot-repot khawatir."

Kiko menatap Mbak Dida yang menoleh ke arahnya dan memandangnya dengan mata yang menyipit.

"Kok Mbak Dida itu bagaimana? Aku tidak ikut-ikutan loh..."

"Mbok ikutan Mbak...ya..."

Mereka tertawa. Kiko mulai merajuk sambil memeluk Dida dan gadis itu berkelit. Interaksi manis yang selalu terjadi ketika mereka bertemu. Chemistry mereka memang kuat. Dida kecil selalu momong Kiko ketika Kiko kecil kebetulan dititipkan ke keluarga Pananggalih. Dida sosok yang ngemong dan bisa menjadi sosok kakak idaman siapapun. Bahkan ketika mereka sibuk kuliah dan jarang bertemu, chemistry itu segera muncul lagi ketika mereka ada kesempatan berjumpa.

"Perasaan itu kan tidak bisa dipaksakan. Lagi pula laki-laki kalau melihat wanita seperti Mbak Kinan itu pasti langsung meleyot."

Mereka kembali tertawa.

"Tapi...memangnya kalau Mas Ilman ada perasaan sama Mbak Dida, Mbak juga..."

Dida yang tengah membuka-buka contoh kain gorden di sebuah buku tebal tidak menoleh.

"Kan you know me so well, Michiko. Mbak kan orangnya seperti air. Menjalani hidup bagaimana saja Allah menyusun takdir. Termasuk soal jodoh. Kalau jodohnya Mbak kelak adalah Mas Ilman atau yang lain ya Mbak tinggal menjalani. Mbak tidak mau menutup pintu mana pun kalau itu Allah yang atur."

Kiko mengangguk-angguk. Mereka mencermati setiap lembar kertas yang di atasnya ditempel kain warna-warni. Perbincangan mereka mengalir tentang ukuran ruangan dan perpaduan warna yang pas. Toko kain di Malioboro itu sunyi. Jam makan siang sudah terlewat begitu banyak.

"Kalau kita menjadi detektif sebentar...huum...Kinan itu sepertinya tidak ada motif harta ya? Menurut penglihatan Mbak."

Kiko termenung. "Mbak Kinan itu dari keluarga berada. Baik dari pihak bapak kandung, ibu dan bapak sambung. Dan sejauh ini memang aku tidak melihat yang seperti itu Mbak. Mbak Kinan itu cinta mati sama Mas Ilman. Itu saja."

"Siapa mengejar siapa dulunya?"

"Mbak Kinan mengejar Mas Ilman."

"Aaah...I see."

"Hubungan mereka seperti toxic tapi aku tidak melihat hal yang aneh Mbak. Mereka baik-baik saja. Mbak Kinan terlihat dominan karena Mas Ilman kan pendiam. Tidak boleh ini dan itu. Ditanya sedang dimana setiap waktu. Cukup tidak wajar tapi selama Mas Ilman tidak mempermasalahkan, kami keluarga ya diam saja."

"Percobaan bunuh diri itu jelas bukan main-main. Kalau soal itu?"

"Baru-baru saja Mbak Kinan bersikap seperti itu Mbak. Bareng...sama kedatangan Mas Ankaa."

"Huum..."

Kiko menoleh menatap Dida yang bergumam namun tidak mengalihkan pandangannya dari buku di pangkuannya.

PINK IN MY BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang