Mungkin belenggu dengan warna metalik itu yang menarik perhatian dan membuat penasaran. Tapi Kiko akhirnya menyadari bahwa pertunjukan itu bukan kali pertama dilakukan. Penduduk desa terlihat biasa saja walau wajah-wajah mereka tetap menunjukkan ketertarikan yang besar. Tapi, tidak ada raut kaget di wajah wajah mereka akibat pemandangan ganjil yang sedang berlangsung. Ekspresi mereka bukan ekspresi kaget melihat hal aneh untuk pertama kali.
Semua orang diwajibkan memakai masker ketika mereka memasuki gerbang kedua rumah peternakan itu tadi. Kiko menatap Ankaa yang merapatkan maskernya. Mereka berdiri di barisan tengah dan menatap ke depan.
"Siapa namanya tadi Mas?" Kiko berbisik pada Ankaa yang segera merunduk ke arahnya. Suara Kiko tertelan suara keras gending pengiring tarian Lengger.
"Hama Rudiningsih."
"Tapi istrinya Eyang buyut yang di Purworejo mengatakan kalau anak perempuannya diberi nama Lanjar Nastiti."
"Huum...jadi ada kemungkinan mereka bukan wanita yang sama?"
Kiko menegakkan tubuhnya dan menatap lekat ke arah panggung. Kegilaan itu menjadi tidak nampak di wajah wanita itu. Wajahnya sekarang terlihat ceria. Sungguh lain dengan yang Kiko saksikan ketika dirinya mengantarkan kue pesanan atau ketika kejadian di Kaliurang. Wanita itu sekarang terlihat segar. Menari mengikuti irama gending yang biasa mengiringi para penari tayub. Aroma mistis dan sensualitas sangat terasa. Wanita itu seringkali tersenyum dan seakan tidak terganggu dengan belenggu yang terikat di tangannya.
"Tapi dia mirip sekali sama Eyang kakung, Mas."
"Huum...seperti kata kamu, doppelganger setiap individu ada tujuh di dunia ini. Kamu kebetulan menemukan salah satunya."
Kiko mengeluh lirih. Dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan tetap merasakan aura ganjil menyelimuti tempat itu. Pandangan Kiko tertuju pada orang-orang di dibelakang panggung yang secara estafet mengeluarkan kotak berukuran besar yang terlihat berisi paket sembako.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK IN MY BLUE
Romance"Heh cewek sipit, medhok..." "Hisssh...jauh-jauh..." "Nama kok seperti es jeli." "Hiish...saya sumpahin Mas naksir!" "Aku? Naksir kamu?" "Iya." "Bilang R dulu yang benar baru nanti ditaksir. Hahaha..." "Mas Ankaa jeleeeeeek..."