Bab 73. Yang Tersembunyi Dibalik Loker

2.1K 598 112
                                    

Beringsut adalah kegiatan yang entah mengapa reflek dilakukan oleh Kiko sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beringsut adalah kegiatan yang entah mengapa reflek dilakukan oleh Kiko sekarang. Di bawah tatapan Ankaa yang terlihat begitu khawatir, Kiko menyandarkan tubuhnya ke sisi sofa.

"Kamu pingsan. Maafkan Bulik karena tidak tahu kalau kamu punya klaustrophobia, Michiko."

"Tidak apa-apa Bulik. Sungguh." Kiko tertawa pelan dan menerima uluran tangan Bulik nya yang terduduk lemas di sampingnya. "Bulik tidak apa-apa?" Mereka benar-benar kotor dengan abu perapian yang menghitam di tangan, wajah dan kaki. Baju mereka juga sudah sangat kotor. Perlahan mereka membersihkan wajah, tangan dan kaki dengan tisu basah yang diulurkan oleh Ankaa.

"Harusnya Bulik rajin terapi agar bisa berdiri dan berjalan dengan kokoh, tapi kamu tahu sendiri situasi Bulik."

"Jangan khawatir. Kita akan melakukannya setelah semua ini berakhir, Bulik. Dan terima kasih sudah membebaskan kita dari orang-orang itu. Mas..." Kiko menoleh ke arah Ankaa yang sejak tadi mengamatinya.

"Ya?"

Pemuda itu menjawab lembut membuat sudut bibir Kiko terangkat kecil.

"Kita tidak bisa di sini terus Mas."

"Dan kita tidak bisa pergi ke dalam kota. Di sana sedang heboh. Anak buah Pak Baco berkeliaran dimana-mana dan mulai anarkis."

"Anarkis?"

"Mereka memukuli Mas Ilman di rumah sakit."

"Oh!" Kiko menggeleng dan menutup mulutnya. "Kenapa Ibu tidak bilang apa-apa?"

"Tidak apa-apa. Mas Ilman sudah ditangani." Ankaa reflek mencoba meraih tangan Kiko seperti yang dulu dia lakukan ketika menenangkan gadis itu, namun Kiko juga memiliki reflek yang berbeda. Gadis itu menarik bahunya dan menatap Ankaa dengan tatapan aneh. Ankaa menghela napas pelan dan menyugar rambutnya.

"Kalau kamu sudah baikan, kita akan berpindah ke rumah Bantul. Rumah Bapak."

Kiko beranjak cepat membuat Ankaa ikut berdiri dan bersiaga. Dia bahkan mengulurkan tangannya dengan khawatir untuk menangkap Kiko kalau-kalau gadis itu limbung karena pusing.

"Kita siap-siap, Bulik."

Kiko mengulurkan tangan pada Bulik nya dan membantunya berdiri. Ankaa melakukan hal yang sama dan sekarang mereka membantu wanita itu menuruni tangga.

"Dimana kursi roda Bulik?" Kiko celingukan ketika mereka sudah sampai di bawah. Dia merasa heran karena tidak menemukan kursi itu dimana pun.

"Di balik pintu ke teras samping. Bulik lipat dan letakkan di belakang pintu."

"Oh...Mas. Tolong keranjang belanjaanku di atas." Kiko menoleh pada Ankaa yang hendak melangkah ke kamar Bulik Mike. Pemuda itu segera berbalik dan kembali menaiki tangga sedangkan Kiko membantu Bulik nya duduk di sofa ruang tamu.

"Kiko ambil kursi rodanya sebentar."

"Kita pergi sekarang?" Ankaa yang turun dengan keranjang belanja meletakkan keranjang itu di meja. "Bagaimana kalau mereka masih di bawah?"

PINK IN MY BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang