Periksa pola makan kamu sekali lagi, Le."
"Baik kok, Pak. Bahkan suster di rumah sakit juga mengingatkan terus. Kiko juga menelpon ketika waktunya makan. Huuft..." Ankaa menggeleng dan menarik napas dalam.
"Bapak resepkan obat kamu dan minum secara teratur."
"Baik, Pak."
Ankaa keluar dari ruang praktek bapaknya dan turun ke lantai bawah menuju apotek. Seorang perawat yang melihatnya menyapa dan mencoba membantu nya dengan resepnya tapi Ankaa memilih bergabung dengan antrian yang cukup panjang. Dia duduk di barisan paling belakang dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi ruang tunggu.
"Ada yang tidak beres ini..." Ankaa memijat telapak tangannya dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Lalu lalang orang di depan loker apotek seakan mengabur. Ankaa segera menunduk dan mengerjap. Dia meyakini bahwa kelelahan sudah membuatnya tumbang.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Ankaa mendapatkan obatnya dan berjalan menuju lobi rumah sakit dan keluar ke halaman parkir. Dia menghampiri mobilnya dan meninggalkan rumah sakit. Ankaa beberapa kali berdeham ketika merasakan pening dan pandangan matanya kabur. Dan dia merasa bersyukur karena jalanan yang tidak terlalu ramai. Ankaa menelpon Pak Kelik di perempatan jalan dan ketika dia sampai ke depan rumah, pagar sudah terbuka lebar dan Pak Kelik terlihat menunggu. Ankaa melambai ke arah pria yang segera menutup pagar rumah itu. Dia lalu memasukkan mobilnya ke garasi dan masuk ke rumah induk memalui pintu penghubung garasi.
Mandi air hangat dan memejamkan mata di bathtub bukan hal yang seharusnya dilakukan pada siang hari. Namun Ankaa melakukannya setelah membuka jendela kamarnya lebar-lebar dan melihat langit yang tiba-tiba mendung.
Mencoba mengosongkan pikirannya dan benar-benar mencoba merasakan apa yang sebenarnya dia rasakan, Ankaa memastikan di mana bagian tubuhnya yang terasa sakit. Dan setelah beberapa saat, dia bisa merasakan rasa sakit yang cukup jauh di dalam perutnya. Kesakitan nyata yang dia rasakan sejak pagi itu seakan menjauh.
"Mungkin akan membaik setelah makan dan minum obat. Aaargh..." Ankaa membuka matanya dan membersihkan tubuhnya cepat. Dia lalu beranjak dari kamar mandi dan berjalan keluar menuju kamarnya. Ankaa memakai bajunya sambil menelpon abdi dalem yang bertugas di dapur, memintanya mengantar makan siang ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK IN MY BLUE
Romance"Heh cewek sipit, medhok..." "Hisssh...jauh-jauh..." "Nama kok seperti es jeli." "Hiish...saya sumpahin Mas naksir!" "Aku? Naksir kamu?" "Iya." "Bilang R dulu yang benar baru nanti ditaksir. Hahaha..." "Mas Ankaa jeleeeeeek..."