Bab 96. Jati Diri yang Terungkap

1.7K 565 136
                                    

"Ini jelas tidak benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini jelas tidak benar. Kenapa semua diam?"

"Kami tidak diam, Mbak. Hanya kami benar-benar tidak tahu kejadian ini."

"Bagaimana mungkin? Apa semua tidak merasa aneh semua lini tidak bisa menjelaskan kejadian yang memang benar-benar terjadi? Ada yang terimbas kondisi ini loh Mbak selain pasien. Dua orang abdi dalem Keprajan yang ditempatkan di sini dibius."

"Kami menunggu pimpinan untuk mengambil sikap Mbak."

Kiko menyugar rambutnya dan mendesah kesal. Dia menatap satu persatu perawat dan staf keamanan yang ada di tempat itu. Lorong ruangan ICU di mana Ankaa seharusnya berada, mendadak terasa mencekam.

"Belum tentu juga dibius..."

Kiko sontak menoleh ke arah belakangnya. Seorang perawat yang masih muda segera menundukkan kepala saat mendapatkan tatapan sengit dari Kiko.

"Dan kenyataannya ruangan itu kosong dan ada pasien yang hilang. Juga dua orang yang ditugaskan menjaga pasien mengalami masalah. Tolong beri saya satu saja alasan masuk akal agar saya bisa menutup mulut saya ini."

"Mohon bersabar, Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mohon bersabar, Mbak. Manusia tidak luput dari kesalahan."

Kalau sudah seperti itu, maka itu adalah akhir dari pembicaraan. Kalimat manusia tidak luput dari kesalahan itu sekaan menjadi senjata mematikan yang tidak bisa dilawan lagi. Kiko terhempas ke kursi ruang tunggu. Mereka menoleh ketika pintu terbuka dan Kiko menahan napas saat melihat Bude Gemintang masuk.

"Ayo Nduk, kita pulang."

"Tapi Bude..."

Kiko yang hendak mengeluarkan serentetan pertanyaan, urung melakukannya ketika melihat Bude Gemintang menggeleng. Wanita itu mengangguk dan meminta waktu untuk berdua saja di ruangan itu. Semua orang keluar dengan kelegaan terpancar di wajah masing-masing seakan mereka baru saja terbebas dari masalah besar.

"Pakde akan bicara dengan pimpinan rumah sakit begitu beliau datang. Dan kita harus pulang sekarang."

Kiko menatap uluran tangan Bude Gemintang dan membeku di tempatnya. Dia masih ingin memprotes mengapa mereka harus meninggalkan tempat itu sementara Ankaa is nowhere to be found. Tapi, demi melihat kantung mata di wajah Bude Gemintang, Kiko menutup mulutnya rapat dan menyambut uluran tangan wanita itu. Mereka keluar dan berjalan beriringan. Dalam sekejap, pada langkah ke sekian, akhirnya Kiko menyadari, Bude Gemintang terpaksa menjadi kuat padahal dia sangat rapuh sekarang. Kiko akhirnya memapah wanita itu dan mereka keluar dari rumah sakit menuju parkiran.

PINK IN MY BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang