"Kenapa kemari? Bukannya di rumah sama ibu?"
"Bude ada janji sama temannya mau lihat ruko."
"Lah kenapa tidak ikut."
"Ibu-ibu semua Mas Ilman, ya Allah. Ngobrol apa aku nanti? Paling ditanya-tanya anak siapa? Cantik banget, sudah punya pacar belum...bla...bla...bla..."
"Memangnya kamu cantik?"
"Lah Mas Ilman tidak lihat? Nih..."
Kiko memasang wajah lucu sambil menepuk pipinya dan itu membuat Ilman tertawa. Mereka terus berjalan dan entah sudah berapa kali Kiko menoleh.
"Dokter baru itu, bukannya itu Ankaa Pananggalih? Sahabat kamu waktu SMP?" Ilman bertanya tanpa menoleh.
"Huum? Yang mana?"
"Tadi yang bicara sama kamu."
"Oh...iya. Anaknya Dokter Angger." Kiko menjawab dengan dengan tak acuh.
"Penempatan di IGD juga loh..."
"Loh...barengan Mas Ilman dong?"
"Belum ada perkenalan secara resmi. Mungkin nanti akan ada waktu satu shif bareng. Kenapa? Mau nitip salam?"
"Hiiish...apa lah. Itu kan dulu. Sekarang sudah besar. Sudah tidak jaman."
"Huum..."
"Mas Ilman mau kemana sekarang?"
"Pulang."
Kiko menghela napas dan menatap Ilman yang berjalan sambil melepas baju dokternya. Mereka memasuki sebuah ruangan. Ruangan dimana para dokter biasanya berkumpul. Kiko menunggu Ilman yang membenahi baju dan peralatan dokternya.
Mereka menoleh ketika pintu ruangan terbuka. Seorang perawat masuk dengan tergesa.
"Dokter Ilman, maaf. Dokter dibutuhkan di IGD. Mikrofon nya sedang mati, Dok."
"Oh, oke. Dek, mau tunggu di sini atau..."
Kiko menggeleng dan ikut keluar ketika Ilman segera berlari keluar dari ruangan itu. Dia berjalan dan menatap Ilman yang berlari di sepanjang koridor bersama perawat pria tadi. Kiko memilih terus berjalan dan duduk di ruang tunggu yang cukup jauh dari ruang IGD.
Suasana IGD nampak gaduh. Pintu terbuka lebar dan kesibukan terlihat di sana. Sepertinya sebuah kecelakaan karena kebakaran sudah terjadi. Perawat dan petugas damkar terlihat keluar masuk membawa pasien yang terluka.
Kiko menyandarkan tubuhnya namun segera menegakkan diri ketika dia melihat semakin banyak korban masuk ke IGD. Kiko menatap kesibukan di depan pintu. Seorang pasien tertahan di sana dan seseorang dengan wajah serius sedang menangani pasien itu. Kiko mengedip. Dia seakan menemukan orang lain di sana. Seseorang yang lain dari pembawaannya.
Lima menit berlalu dan ranjang dorong yang tertahan di depan pintu IGD akhirnya di dorong masuk. Kiko mengerjap ketika pria yang baru saja menangani pasien darurat di pintu IGD itu mengedipkan mata padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK IN MY BLUE
Romansa"Heh cewek sipit, medhok..." "Hisssh...jauh-jauh..." "Nama kok seperti es jeli." "Hiish...saya sumpahin Mas naksir!" "Aku? Naksir kamu?" "Iya." "Bilang R dulu yang benar baru nanti ditaksir. Hahaha..." "Mas Ankaa jeleeeeeek..."