8 - rejeki nomplok!

418 302 389
                                    

"Kadang keselamatan nyawa lebih berharga, daripada hanya sekedar harta yang bisa habis kapan saja."

──Bagaskara.

──Bagaskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Sudah sampai mana?" Tanya pria tua berumur empat puluh dua tahun kepada sang anak tirinya, tanpa menoleh sedikitpun.

Laki-laki bertubuh bongsor yang sudah berseragam sekolah itupun melirik ayahnya, yang masih setia melahap makanan masakan ibundanya.

Ia tahu betul apa yang ditanyakan sang ayah kepadanya. Tak lama kemudian anak remaja itu memberanikan diri menjawab.

"Aksa udah tau dimana dia tinggal. Tapi bukan bersama orangtuanya, melainkan tinggal sendiri."

Mendengar itu, pria bernama Carson Adhiyaksa pun menoleh ke arah samping kirinya, dengan mata tajam menatap netra coklat.

"Kenapa? Anak itu di usir dari rumah?" tanya Carson, yang langsung diberi gelengan oleh Aksa.

"Dia ingin hidup mandiri, dan tidak ingin terpublikasi dari publik, kalau dia adalah anak Alvaro Albert. Maka dari itu dia menyembunyikan identitas aslinya," jelas Aksa.

Carson mengangguk kecil, lalu tak sengaja melihat sesuatu yang membuatnya membuka suara kembali.

"Kenapa memakai cincin itu lagi?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari benda bundar yang terpasang dijari manis anaknya.

Aksa sontak menarik tangan kirinya dari atas meja, dan menyembunyikan ke atas pahanya.

"Biarin aja, Mas. Asalkan dia bahagia," bukan Aksa yang menjawab, melainkan sang ibu kandungnya─Senja Kalaluna.

Wanita berpakaian seadanya dengan baju piyama hitam yang masih melekat pada tubuhnya itu, terlihat begitu manis di pakainya. Dengan rambut yang digerai panjang sepunggung hitam legan.

Aksa tersenyum kecil. Saking kecilnya senyum itu tidak ada yang bisa melihatnya.

Senja selalu tahu apa yang anaknya rasakan. Rasa rindu dan juga ingin bertemu pada gadis yang selalu di tunggunya itu benar-benar membuat sang anak ingin dekat dengan gadis tersebut.

Pria tua itu menoleh ke arah samping kanannya, menatap sang istri sembari membuang nafas pasrah, "terserah kalian saja."

Mendengar itu senyuman senja mengembang, bersamaan dengan Carson bangkit dari duduknya menuju ruang tengah untuk mengambil tasnya.

"Eh, Mas. Udah mau berangkat?!" celetuk Senja sambil ikut berdiri mengikuti suaminya pergi, meninggalkan anaknya yang masih duduk disana menatap kedua orangtuanya.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang