39 - rasa yang sulit di ungkapkan

126 41 148
                                    

"Hidup tidak melulu tentang diri lo. Stop merasa nggak ada yang pernah ngerasain gimana jadi lo. Lo cuman gak pernah tau, gimana orang lain menghadapi masalah yang sama kaya lo."

Talasya jovandra.

"Jangan jadi pengecut! Merasa masalah lo lebih berat dari siapapun. Hadapi kalau berani, jangan nyerah kaya orang gak punya nyali!"

Rayanka Dikta.

─Rayanka Dikta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Dahi penuh dengan keringat dingin itu mengerut. Kedua bola matanya tegang, tidak lepas dari mulut gadis di sebelahnya yang belum juga membuka mulutnya untuk berbicara lebih lanjut.

"Apa?!" tanya Lia yang semakin penasaran.

Bayangkan saja bagaimana rasa keterkejutan Lia saat mendengarkan orang yang ia tidak sukai malah meminta maaf secara langsung kepadanya? Bukan, kah, terlihat aneh? Bukan, kah, seharusnya Lia yang harus melakukan hal tersebut?

Lagi-lagi Lia dibuat kesal oleh gadis berkepang dua itu. Ia mengacak-acak rambutnya merasa frustasi.

"Kenapa lagi?" tanya Lia kembali, melihat wajah Talasya datar sambil beranjak dari ayunannya.

"Berdiri, Li." kata Talasya sedikit keras, namun terdengar lembut.

"Lho? Tadi di suruh duduk. Sekarang di suruh berdiri lagi. Mau lo apa sih?!" balas Lia. Dengan terpaksa ia berdiri dan tidak berselang lama, gadis berkepang memeluk dirinya.

"Agh. Bego! Ngapain lo meluk gue. Badan gue sakit bodoh!" umpat Lia seraya mencoba melepaskan diri dari dekapan Talasya yang semakin erat.

"Gue minta maaf, Lia. Gue gak tau, kalau selama ini lo tertekan. Terluka. Terbebani. Gara-gara gue yang ngambil rangking satu di kelas, sejak kelas sebelas. Gue minta maaf, Li."

Seketika Lia terdiam mematung. Ungkapan Talasya barusan membuat hati Lia bergetar hebat. Darahnya seakan mengalir deras di dalam tubuhnya yang terasa sakit. Meskipun kulitnya tersapu oleh angin malam sejuk, hatinya menghangat.

"Lia, lo udah berusaha dengan keras bisa sampai di titik ini. Gue mungkin gak tau apa-apa soal pengorbanan lo, tapi gue tau, lo anak yang kuat. Lo bisa berdiri disini dengan usaha lo sendiri, walaupun lo sering nyari pelampiasan untuk hal-hal yang belum bisa lo gapai. Gue gak bakal nyalahin hal itu, karena gue tau, lo juga butuh perhatian, dukungan, apreasiasi dari seseorang untuk usaha lo yang udah lo usahain tapi gagal. Gue tau Lia, lo cuma ngerasa berharga ketika semua usaha lo berhasil. Tapi lo lupa, untuk menghargai atas usaha-usaha yang gagal lo jalanin, Lia ... Lo bisa, jangan nyerah." Usapan-usapan kecil Talasya berikan untuk Lia yang sudah mengeluarkan air mata.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang