9 - kejadian di luar dugaan

431 298 480
                                    

"melakukan tugas itu keharusan, melindungi seseorang itu kewajiban."

──Rayanka Dikta.

──Rayanka Dikta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Yah, Kirana capek, yah. Capek! Asal ayah tau, Kirana selalu di bully sama temen sekelas, gara-gara punya keluarga miskin. Mereka selalu bilang itu, yah, it hurts my heart!"

Gadis itu sudah tidak tahan, ayahnya hari ini terlalu banyak bertanya. Kenapa terluka? Kenapa rambut menjadi pendek? Kenapa dengan lengan yang memerah hampir terlihat pudar, kenapa jalannya sangat pelan?

Sungguh, gadis cantik tersebut ingin menangis sekarang. Duduk di kursi rotan samping ayahnya diruang makan dengan keadaan kesal.

Mata penuh luka itu menatap dalam kepada ayahnya, pria itu sudah berumur empat satu tahun menghidupi dirinya selama enam belas tahun terakhir.

Kirana tahu betul, bagaimana rasanya menghidupi seseorang beban yang tidak bisa bekerja ini, seorang diri tanpa adanya sosok ibu di sini.

Ia tidak menyesal. Tapi Kirana kesal, marah, malu, dan juga benci diri sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk diri sendiri dan ayahnya yang sudah merawatnya sedari kecil.

Kirana menggenggam erat kedua tangannya yang berada di atas pahanya sekarang. Pakaian seadanya yang membaluti tubuhnya, hanya dengan kaos biru malam dengan celana coklat pendek di atas lulutnya.

Bayu─ayah Kirana yang mendengar pernyataan dari anaknya itu pun terkejut bukan main. Putri kecilnya di permainkan oleh anak-anak nakal di sekolahan, hanya karena dirinya bekerja menjadi tukang sayur? Itu sangat menyakiti hati Bayu sekarang.

Entah apa yang di rasakan anaknya saat bersekolah disana. Bayu menyekolahkan putri kecilnya itu di SMAN harapan bangsa, agar anaknya menjadi seseorang yang cerdas dan mengembangkan bakatnya. Bukan untuk dipermalukan seperti ini. Pria itu tidak mau tinggal diam, ingin membalas perbuatan anak-anak itu, tapi bagaimana?

Pria tua itu menarik kedua tangan anaknya yang berada di atas meja makan. Menggenggam seraya mengelus lembut punggung tangan putih anaknya.

Membuang nafas beratnya, "Kirana, putri ayah yang cantik. Ayah gak tau apa saja yang terjadi padamu di sekolahan, Ayah minta maaf, ya? Ayah pikir kamu akan lebih baik sekolah disana, tapi nyatanya tidak. Seharusnya ayah memikirkan lebih dalam sebelum menyekolahkan kamu disana. Tanpa ayah sadari, putri ayah yang selalu ayah jaga dari luar dan dalam, malah ayah sendiri yang menyakiti hati, Kirana ... ."

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang