33 - gombalan Renzo aneh

135 62 122
                                    

"Sahabat itu antara kita, bukan hanya perorangan. Jika punya masalah, bercerita lah, dan jika punya kebahagiaan, berbahagialah bersama."

Ananda Kirana.

─Ananda Kirana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sesampainya di parkiran, kedua sejoli itu memutuskan untuk masuk ke gedung sekolah tanpa memperdulikan orang-orang yang sedang mengomentari Talasya.

Sebisa mungkin Renzo mencoba sang pacar mengacuhkan semua orang yang sedang menatap mereka. Laki-laki itu terus menggenggam tangan Talasya, bermaksud agar gadisnya tidak merasa sendirian.

Awalnya Talasya menundukkan pandangannya, tetapi Renzo memintanya untuk terlihat biasa saja. Sampai ia melihat sang sahabat berdiri tidak jauh darinya saat ini.

Gadis berkepang berlari kecil mendekat ke arah Kirana dan Ririn berada. Hal tersebut tentu mengharuskan Renzo ikut berlari karena tangannya masih di genggaman dengan erat.

Laki-laki jangkung membuang nafas pasrah, "Pelan-pelan sayang. Nanti kalau jatuh kan brabe," ujarnya mewanti-wanti.

"Gak bakal," balas Talasya.

Kadang gadis berkepang seperti anak kecil, hal itulah yang membuat Renzo agak gemas melihatnya.

Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sesaat sebelum akhirnya sampai ke tempat tujuan. Sayangnya, kedua gadis itu malah ingin pergi menjauh jika saja Talasya tidak segera menjengkal lengan salah satu dari mereka.

Baru mereka sampai di hadapan sang sahabat, keduanya malah ingin pergi menjauh jika saja Talasya tidak segera menjengkal lengan Kirana.

"Kalian mau kemana?" tanya Talasya dengan pelan.

Kedua gadis yang ingin pergi itupun terhenti. Kirana selaku sahabat Talasya berbalik badan menatap kedua sejoli bergantian, tak lupa menarik kecil lengan yang sempat di jengkal oleh gadis berkepang guna melepaskan cengkraman.

"Gue ada urusan sama Ririn. Iya, kan, Rin?!" ujar Kirana menoleh ke arah Ririn, berharap bisa membantu meyakinkan sang sahabat.

Gadis berkacamata sontak mengiyakan, "Iya, Sa. Kalian duluan aja ke kelas." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Ririn. lalu menyingkirkan tangan sang sahabat dan meninggalkan sejoli di sana.

Mendengar jawaban Ririn, Talasya mengangguk kecil, " Yasudah kalau begitu."

Tidak berpikir panjang lagi, keduanya benar-benar melangkahkan kakinya menjauh dari sana. Walaupun begitu banyak pertanyaan dalam benak Talasya, gadis berkepang justru membiarkan dirinya bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus bermunculan.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang