17 - flashback pertemuan pertama

265 178 200
                                    

"Luka kecil akan semakin besar, jika tidak di obati dengan benar."

──Dhika.

──Dhika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Mereka tidak seperti apa yang dipikirkan, Ayah. Mereka baik, mereka selalu bantu Renzo sa-"

Plak!

Satu tamparan keras dari tangan besar mendarat mulus di pipi kiri anaknya, tanpa rasa belas kasihan. Membuat Renzo tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

Pria tua itu lagi-lagi main tangan dengan anaknya sendiri, karena amarahnya yang sudah di ujung tanduk sejak beberapa hari yang lalu.

"Sudah saya bilang, kamu jangan bergaul sama mereka Renzo. Mereka itu lintah darat yang hanya ingin memanfaatkan kamu! Kenapa kamu tidak mengerti dengan maksud ayah?!" teriaknya didepan wajah Renzo, si anak satu-satunya.

Ruangan tengah yang sepi terdengar menggema, ketika ayahnya bersuara begitu lantang kepadanya. Ibunya tak ada dirumah membuatnya tidak bisa melawan sang ayah.

Telinganya begitu panas mendengar semua caci-maki habis-habisan dari ayahnya. Pria tua dengan setelan jas hitam yang melekat pada tubuhnya tidak henti-hentinya meminta Renzo menjauhi ketiga teman sekolahnya.

Tubuh laki-laki tinggi itu berdiri tegap, kaku, dan lurus menatap tajam ayahnya tanpa bergerak sedikitpun.

"Ayah jangan menghina ata-"

"Jangan berani membantah! Sejak kamu berteman dengan mereka, sikap kamu begitu berbeda dari biasanya yang selalu menurut tanpa menjawab. Lakukan seperti dahulu kala," titah Reyhan.

"Renzo gak mau, dan gak akan pernah ninggalin temen-temen Renzo!" tegas Renzo menatap tajam ayahnya, sebelum kaki jenjangnya melangkah lebar meninggalkan rumah.

"Heh, anak sialan. Mau kemana kamu?! Ini sudah malam," ucap Reyhan sambil menunjuk jari telunjuknya kepada Renzo yang keluar dari pintu utama rumah.

Laki-laki tinggi berpakaian serba hitam tak peduli dengan apa yang dikatakan ayahnya kepadanya. Mau bagaimana pun juga, dirinya tidak ingin meninggalkan teman-temannya yang selalu ada untuknya.

Renzo menaiki motor sport hitam miliknya, membawa dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa memperdulikan keselamatannya saat ini.

Beberapa pengendara motor dan mobil melempar kata-kata umpatan dan juga suara klakson berbunyi dengan nyaring hampir disepanjang jalan Renzo lalui.

Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih lagi setelah ucapan ayahnya yang begitu menyakiti hati antar pertemanan mereka.

Kenapa disaat dirinya sudah menemukan rumah ternyaman, orangtuanya malah melarang dirinya untuk berteman dengan teman sekelasnya?

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang