43 - acara ulang tahun

83 27 137
                                    

"Semua akan berjalan sesuai dengan jalan-Nya."

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Cukup lama laki-laki bertubuh bongsor itu melamun, menunggu sang pemilik rumah yang tidak kunjung datang. Hingga pada menit seterusnya, Bagas menerima pesan dari seorang Dokter. Alhasil lamunannya membuyar, salah satu tangannya mengambil ponsel miliknya di atas meja kecil di sampingnya. Beberapa saat kemudian matanya menyipit, membaca pesan dari Sang dokter.

Bagas menjeda nafasnya dalam hitungan detik ketika membaca hasil tes DNA yang ternyata tidak cocok. Ia membuang nafas panjang beratnya.

"Ah, gue terlalu banyak berharap," lirih Bagas.

Tiba-tiba notifikasi kembali muncul, membuat sang empu mengernyit heran.

"Dua tes? Bukannya gue cuman minta satu?" Bagas bertanya keheranan pada dirinya sendiri. Namun sama saja, hasilnya tetap tidak cocok.

Bagas kembali mengingat kejadian di toilet angker, lalu mengangguk kecil kala kilasan balik itu menyertai isi kepalanya.

"Pantesan jadi dua. Orang rambut si Lia ikut nyem-" gumaman lelaki itu terhenti, tatkala suara milik seseorang terdengar.

"Ngapain lo di sini?"

Sorotan mata Bagaskara kini beralih menatap Renzo yang memakai helm berwarna merah muda di kepalanya, lalu turun kedua tangannya yang mana masing-masing ada sisa kue bolu di tangan kanan dan di tangan kiri boneka berukuran sedang.

Sungguh, lelaki bongsor itu menatap Renzo seakan-akan ingin tertawa melihat keadaan yang super duper aneh. Ia pun berdiri mendekati sang pacar temannya itu.

"Gue mau ngajak sahabat gue keluar. Mana orangnya?" Kedua alis Bagas terangkat sembari bersedekap dada.

"Noh, temen lo lagi cosplay jadi bocil kematian!" kata Renzo sambil menunjuk Talasya di sebelah rumah dengan kepalanya.

Terlihatlah seorang gadis berkepang yang tak lain tak bukan, Talasya, keluar dari semak-semak. Gadis tersebut sedang menenteng kelinci yang berada di dalam kurungannya seraya berbincang-bincang kecil, entah apa yang Talasya bicarakan, namun yang pasti akibat perbincangan itu ia berjalan seperti siput untuk kembali ke rumah.

"Sa, lo ngapain njir? Gue dari tadi nungguin lo," sambar Bagas.

Talasya yang melihat Bagas berdiri di depan rumahnya itu pun berdecak kecil, kaki mungilnya itu pun mempercepat jalannya agar cepat sampai di hadapan Bagas. Sedangkan Renzo sibuk sendiri dengan kegiatannya yang meletakkan helm dan juga kue bolu di atas meja dan juga kursi, sebab tidak muat untuk keduanya diletakkan bersamaan.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang