50 - belajar bersama

56 12 60
                                    

"Teruslah berjuang, dan jangan menyerah."

~Rayanka Dikta.

~Rayanka Dikta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

30 menit sebelum berangkat ke tempat yang sudah ia janjikan, lelaki itu bersiap-siap di dalam kamarnya. Rayanka sibuk memilih pakaian yang akan dipakai. Di pinggangnya masih terbalut handuk putih.

Kedua tangannya memegang dua warna baju kaos yang berbeda. Ada yang berwarna putih, dan ada juga berwarna coklat tua. Matanya melirik kiri-kanan, lalu beralih menatap 2 celana yang berada di atas kasur.

Baru pertama kali, Rayanka memilih pakaian. Biasanya tidak memperdulikan penampilannya, sebab menurutnya wajahnya sudah terlalu tampan.

Lagi-lagi Rayanka mencoba hal yang belum pernah ia rasakan. Ternyata memilih pakaian yang akan dipakai benar-benar membuat pusing tujuh keliling.

“Kenapa gue jadi repot begini? Padahal cuman pengen belajar doang!” gerutunya.

“Tapi kalau dipikir-pikir, pasti gara-gara belajarnya sama si Andira. Ah, bodo lah!” gumamnya.

Ia pun mengambil baju kaos berwarna coklat tua, dipadukan dengan celana pendek berwarna hitam. Setelah berpakaian rapi dan juga memakai parfum, Rayanka bergegas memasukkan buku kedalam tas.

Tidak lupa bercermin terlebih dahulu. Sempat terlintas dalam hatinya, mengapa teman-temannya tidak ada yang bertanya tentang wajahnya yang sedikit lecet, apakah sudah biasa melihat pemandangan ini, ataukah memang tidak ingin membahasnya.

“anjir, kenapa gue jadi melamun.” Rayanka menepuk dahinya, menyadarkan dirinya sendiri agar tidak berbelit-belit lagi.

●●●

Meski matahari tertutup oleh awan, tidak bisa dipungkiri jika hawanya tetaplah panas. Meski badan sudah dilumuri dengan handbody dan berpakaian tertutup, tali tetap saja matahari kembali memunculkan dirinya yang membuat gadis berkepang merasakan panas menyengat kulitnya.

Talasya mengayuh sepedanya semakin cepat. Peluh membasahi dahinya. Kali ini entah kenapa rasanya sangat lelah sekali memakai transportasi kesayangannya. Namun jika diingat, akhir-akhir ini sudah sangat jarang bersepeda. Selalu saja naik motor dibonceng pacarnya.

Ia mendengus kesal, “Pasti gue telat kalau begini. Mana panas banget, astaga!”

Pemudi itu menyingkap lengan bajunya, melirik ke arah jam tangan disebelah kiri, menunjukkan pukul 15.10 menit.

“Dia bakal ngomong, anak berprestasi ko telat, gak, ya? Duh, kenapa gue jadi overthinking begini sih. Harusnya kalau dia marah, gue marahin balik aja. Siapa suruh gak jemput,” ucapnya tidak mau kalah.

“Tapi kalau gue ngomong gitu, ntar dikira cewek ketergantungan lagi. Shibal, shibal pokoknya!” geram Talasya.

Karena tidak ingin memikirkan hal memusingkan lagi, gadis tersebut menenangkan dirinya agar tidak memikirkan hal-hal yang diluar kendalinya. Ia pun kembali fokus dengan tujuannya saat ini. Tentunya, pertama-tama harus sampai ke tempat janjian.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang