44 - ku temukan dirimu

53 24 105
                                    

"Sekarang aku percaya. Bahwa tentang benang merah itu ternyata benar adanya."

~Rayanka dikta.


•••

Semua orang yang ada di dalam Cafe menikmati makanan yang memang sudah disiapkan oleh pekerja Cafe. Berbeda dengan lelaki bertubuh bongsor yang duduk di pojokan, matanya terus menyelidik sang pemilik hari ulang tahun ini. 

Ia bersedekap dada dengan kaki yang menyilang. Kepalanya mulai berisik, sejak Bagas mengirimkan pesan singkat. Meminta agar cepat datang ke lokasi yang sudah di kirimkannya.

“Gak salah orang?” Nathan tiba-tiba bersuara. Lelaki itu baru saja datang dan ikut duduk di hadapan temannya. Tak lupa matanya ikut melirik sekilas ke arah Talasya. 

Sorotan mata dingin itu beralih menatap Nathan. “Gue nggak tau. Gue juga ragu, Nat.” 

Sesaat keduanya terdiam.

“Lo punya cara, buat mastiin dia Andira atau bukan?” tanya Rayanka. 

“Otak lo biasa encer, Ray. Ko masalah beginian jadi beku?” balas Nathan.

“Gak usah ngejek gue deh. Mau gue tonjok?” 

“Buset. Galak amat sih!” gerutu Nathan.

“Iya, iya, gue bantu.” Nathan pun segera mendekatkan tubuhnya ke depan Rayanka, sembari meminta temannya itu untuk mendekat juga. 

“Lo tinggal ajak dia ngomong dua mata aja udah bisa. Panggil dia dengan nama yang sering lo agung-agungkan itu dah,” bisik Nathan. 

Keduanya sama-sama memberi jarak seperti sebelumnya. Mata Rayanka masih terlihat Ragu, membuat sang teman baiknya itu kembali berbicara. Guna meyakinkan agar Rayanka mencoba sesekali sarannya.

“Gue kasih 80 persen pasti bereaksi tuh cewe Ray!” timpalnya.

“Harus banget ya? Sama cewe kepang itu?” ujar Rayanka masih kurang terima.

“Gue tanya sama lo. Ngapain lo ke sini, kalau cuman diem doang, bego! Mending lo jadi cowok harus berani napa? Kelahi bisa, ngajak cewek ngomong males. Tau gini gue gak usah nyamperin lo dah, kalau saran gue aja gak lo pake!” sarkas Nathan tidak suka. 

Rayanka berdecak. “Dasar, tukang maksa!” katanya.

Setelahnya lelaki bongsor itu melihat-lihat kembali ke arah Talasya, untuk mencari momen yang pas mengajak gadis itu keluar dari Cafe sebentar. Hingga tidak berselang lama Talasya sedikit menjauh dari kerumunan teman-temannya, Rayanka sontak beraksi menjalankan misinya. 

Tidak lupa Nathan bersuara, “Semangat Ray.” Sebelum akhirnya Rayanka menjauh dari tempat yang ai duduki beberapa saat lalu.

Talasya yang memang sedari tadi ingin meletakkan piring dan cangkir ke meja kotor terperanjat kaget, tatkala badannya menabrak seseorang ketika berbalik badan. 

Gadis itu mengelus-elus dahinya sambil mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang berani berdiri tepat di belakang dirinya.  

“Elo?” Dahi Talasya mengerut heran. Ada rasa takut dalam diri, mengingat kejadian sebelumnya saat ingin kembali ke kelas, dan itu juga menabrak orang ini. 

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang