P R O L O G

2.2K 426 553
                                    

Setelah pertemuan untuk membicarakan bisnis dan juga menjodohkan anak pertamanya itu. Sang kepala keluarga langsung menancapkan gas untuk menuju ke rumah ibunya yang ada di Bandung.

Dikarenakan sedang sibuk ditugaskan ke luar negeri, dan istrinya yang sedang hamil besar. Dirinya terpaksa meninggalkan anak perempuannya di rumah Sang ibu untuk mengurangi pekerjaan Istri.

"Bunda, kenapa Talasya di suruh tinggal di rumah nenek?" Suara anak kecil berumur tujuh tahun itu membuyarkan kesepian di dalam mobil.

Sang ibu-Keylova duduk di kursi sebelah pengemudi menoleh ke kursi belakang, dimana anaknya duduk.

"Bunda mau nemenin papa kerja ke luar negeri sebentar. Makanya kamu tinggal di tempat nenek dulu, biar nanti nggak kesepian."

"Lama gak, Bun?" tanya Talasya lagi.

"Cuman sebentar kok. Kalau udah pulang, Bunda sama Papa bakal jemput kamu lagi."

Anak kecil itu ber-oh kecil, sembari mengangguk kecil.

"Terus, nanti … disana Talasya main sama siapa?" Lagi, pertanyaan dari anak sulungnya itu muncul yang membuat Keylova sedikit pusing. Sampai-sampai memijat pangkal hidungnya.

Keylova menghela nafas panjang, "Tenang aja, Sayang. Disana ada banyak teman yang bakal bisa di ajak main."

Talasya bersorak ria, "Asyik, Talasya bakal punya banyak teman!" Sang Ayah dari Talasya pun turut senang mendengar seruan anak pertamanya.

•••

2 tahun kemudian.

"Gio, tunggu aku!" pekik Talasya berlarian di pinggir jalan.

"Kamu lama banget sih, ditungguin dari tadi juga. Kasian si Kara dah nungguin di sana!" balas Gio. Masih berlari di pinggir jalan yang tampak sepi. Laki-laki itu tampak takut jika terlambat datang ke tempat tujuan.

Seperti biasanya kedua anak itu menuju ke pohon mangga yang ada di seberang jalan, di saat hari Minggu tiba. Mereka bertiga menyebut tempat tersebut adalah markas.

Talasya berhenti berlari sebab lelah. Sedangkan Gio sudah menyebrang jalan beraspal. Anak perempuan itu terus mengamati setiap tindakan temannya.

Sayangnya saat berlari menyebrangi jalan, salah satu sandalnya tertinggal, dan Gio berbalik menuju tengah jalan.

Di ujung jalan, ada mobil yang melaju begitu kencang sebab jalan yang menurun membuat kejadian tidak diinginkan terjadi.

Brak!

"Gio!" teriak Talasya dengan histeris.

Tubuh anak laki-laki itu menghantam keras ke kaca depan mobil, menghancurkannya berkeping-keping. Sampai akhirnya tubuh Gio terguling jauh di atas aspal. Begitu juga dengan mobil yang menabrak hampir terjun ke jurang. Padahal senang membawa penumpang.

Rasanya tubuh Talasya lemas. Ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Sampai salah satu temannya yang di sebut 'Kara' oleh Gio muncul di seberang sana.

Anak tersebut penasaran dengan suara nyaring, yang memekik telinganya dan para penduduk lainnya.

Kara bergegas menghampiri Talasya yang berdiri mematung. "Kenapa Dira?!" tanya Kara khawatir.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang