15 - pulang bersama

335 209 342
                                    

"Mengalah bukan berarti kalah."

──Bagaskara.

──Bagaskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Gimana, enakkan?" gadis itu terlihat mengangguk, "Gue bilang juga apa!" seru Aksa.

Lelaki itu membelikan eskirm rasa coklat, rasanya yang dari dulu tidak pernah dicoba oleh Caca.

Ketika ditanya gadis itu selalu mengatakan bahwa rasanya tidak enak, padahal mencoba saja tidak pernah. Tetapi sekarang Caca sudah merasakannya dan rasanya berbanding terbalik dengan apa yang selalu gadis bar bar tersebut katakan.

Aksa tersenyum melihat gadis keras kepala ini sudah bisa menurut seperti apa yang ia katakan dahulu, dan menjadi gadis yang lebih tertata dengan rapi dan bersih.

Caca yang merasa diperhatikan saat memakan eskirm pun berhenti, menoleh ke arah samping kanannya dengan raut wajah meneliti.

"Kenapa lo liatin gue begitu banget?" tanya Caca yang kurang suka dengan tatapan Aksa berikan.

Laki-laki disebelahnya tersenyum sampai menampakkan deretan gigi putih dan rapi, "Lo cantik banget kalau begini, Ca. Kenapa gak dari dulu aja lo berpakaian kayak gini? Kenapa malah mau jadi tomboy kalau jadi cewek utuh aja cantik banget!" jawab Aksa tak bisa berbohong dengan apa yang ia lihat sekarang.

Tidak semua kejujuran Aksa terkeluarkan dari kerongkongannya, sebab gadis disana lebih mirip dengan masalalunya.

Dari cara berbicara, dan juga ketika memakan eskirm yang begitu antusias dan selalu cepat-cepat ingin menghabiskannya.

Aksa menjadi rindu dengan gadis itu.

Caca mendengar jawaban tak terduga dari Aksa membuat dirinya hampir berteriak akibat hal itu.

"Ah, lo mah bisa aja. Padahal biasanya," sahutnya tersipu malu.

Kedua pipinya memerah, memalingkan wajahnya tak sanggup melihat Aksa yang begitu tampan jika dilihat lebih dekat.

Menghilangkan rasa canggung, Caca kembali melahap eskirm yang hampir mencair.

Melihat reaksi Caca, lelaki itu terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala karena gemas.

Tanpa mereka sadari, ada seorang gadis duduk bersandar sendirian di pohon besar, memandangi mereka berdua yang sejak tadi begitu asik tertawa dan tersenyum bahagia.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang