41 - permintaan maaf

94 24 98
                                    

"Setiap orang punya kesalahan. Tapi tidak semua orang bisa memaafkan."

~Ananda Kirana.

~Ananda Kirana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kirana tidak akan pernah lupa dengan kebaikan dari seorang Talasya jovandra. Bukan menyanjung atau apa, tetapi nyatanya memang pantas gadis itu mendapatkan apresiasi atas kerendahan hatinya.

Mana mungkin seorang Kirana bisa berlama-lama membenci kepada orang yang selalu di sisinya sejak awal pertama kali bertemu hanya karena persoalan kebohongan Talasya tentang keluarganya.

Ya, Kirana memang kecewa. Namun jika diingat-ingat kembali kebaikan Talasya, tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya.

Gadis berambut sebahu itu melemparkan senyuman pada Lia, “Orang yang gak mengerti arti persahabatan mana paham soal tulus atau sekedar kasihan untung melakukan sebuah hubungan selama ini. Lo bisa mikir sendiri. Kalau lo tau sebaik dan sepengertian apa Talasya, lo akan merasakan senyaman apa bisa ngobrol sama orang tersebut. Gue udah maafin kok kesalahan dia, cuman gue masih butuh waktu berpikir waktu itu. Makanya gue menghindar.”

Sungguh, Lia benar-benar buta soal ketulusan. Sebab sejak kecil ia tidak pernah merasakannya. Tetapi, benar apa yang Kirana katakan. Talasya semengertian Itu, dan Lia juga merasakan tutur kata yang tulus keluar dari mulut teman sekelasnya. Terlebih setiap kalimat yang keluar selalu berhasil membuat sang lawan bicara nyaman untuk terus melanjutkan obrolan panjang.

Lia mengaku kalah.

“Maaf, Kir. Selama ini gue yang egois. Selama ini gue cuman mikirin gimana cara biar bisa dapet rangking satu dikelas. Gue ga pernah gagal Kir. Tapi semenjak satu kelas sama lo, itu membuat gue merasa tersaingi, apalagi ada Talasya yang bikin jalan gue menuju angka satu semakin sulit. Gue ga bisa langsung nyingkirin keduanya, jadinya lo orang pertama gue bully. Tapi lo tau apa yang bikin gue kesel sama lo?”

Kirana menggeleng.

“Lo malah bisa temenan sama Talasya.”

Gadis itu terkejut. Apa Kirana tidak salah dengar? Tentu tidak. Lia memang iri sejak awal.

“Lah? aneh!” ujar Renzo melirik ke arah Talasya.

“Aku juga jadi bingung sama ni anak,” sahut gadis berkepang pada pacarnya.

“Kenapa lo kesel?” tanya Kiran heran.

“Talasya selalu ada pas lo butuhin. Kadang walaupun Talasya gada, Bagas sama Aslan pasti ada dimana-mana. Gue iri, lebih iri sama lo ketimbang Talasya yang punya segalanya. Lo tau? Gue juga mau dibela pas gue lagi butuh. Gue juga pengen dicintai kaya lo yang akhir-akhir ini dekat sama Bima. Gue tau Bima tuh sebenernya suka sama lo. Gue bisa bedain yang mana yang beneran sama yang palsu. Gue bisa Kir.”

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang