21 - surat dari Renzo

269 188 264
                                    

"Rasa jantung berdebar-debar, jatuh cinta, kesal, marah, dan cemburu. Semuanya kadang secara tiba-tiba, tanpa terduga atau di duga."

──Mahendra.

──Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Pantaskah seorang laki-laki tidur dirumah seorang gadis yang tinggal sendirian?! Bukankah kamu itu anak yang pintar? Mengapa hal ini malah terjadi? Apakah kamu mau mempermalukan saya dan ibu kamu?!"

"Ayah jangan salah paham dulu. Renzo ketiduran gara-gara nungguin hujan reda. Ayah jangan berpikir yang enggak-enggak sama anak sendiri," bela sang anak mati-matian.

"Kamu ini banyak sekali alasannya! Tinggal kasih tau sopir dirumah Ayah, dia akan langsung menjemputmu. Dasar anak sialan," pekiknya.

Reyhan selalu aja berpikir negatif tentang dirinya. Kadang ia membenci ayahnya yang selalu saja ikut campur dan membuntutinya dengan orang suruhan Reyhan.

Malam ini tepat jam dua belas malam mereka berdua adu cekcok. Ingin sekali rasanya Reyhan memukul anaknya habis-habisan, tetapi pria tua itu masih ingat akan janjinya dengan sang istri.

Matanya menyilang menatap Renzo. Pakaiannya terlihat berbeda, rambut anaknya acak-acakan dengan wajah yang tentu terlihat baru saja bangun tidur.

Sebelum melenggangkan kaki jenjangnya, Reyhan bersuara dengan tegas kepada anaknya.

"Jika sampai kamu mempermalukan kami, jangan harap kamu akan menjadi anak saya lagi!" ancam Reyhan.

"Besok tidak usah masuk ke sekolah. Saya akan membawamu ke perusahaan," lanjutnya. Setelah itu Reyhan pergi dari hadapan anak semata wayangnya.

Pria tua tersebut tentu saja takut dan cemas, anaknya melakukan sesuatu hal yang tidak baik kepada anak perempuan. Terlebih lagi disana orang kampung, suka kali menilai seseorang dari luarnya.

Lelaki itu berdecak melihat kepergian ayahnya, "Anak pulang kemalaman bukannya disambut dengan baik malah di ancam. Orangtua macam apa yang berpikir negatif melulu tentang anaknya? Rasanya gue udah gada harga diri lagi didepan Ayah."

Renzo menghela nafas lelah sembari memijat ujung hidungnya merasa pusing. Tak lama kemudian ia berjalan menuju kamarnya yang berada di atas, meninggalkan kekosongan diruang tengah.

~~~~

Sinar matahari begitu terang sampai menembus jendela kaca kamar seorang gadis dengan lancangnya. Begitu juga suara kicauan burung yang bersahutan semakin membuatnya terusik.

Tangan kanannya berusaha menghalangi cahaya matahari menusuk indra penglihatannya, mata indah itu terbuka perlahan-lahan. Mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum bangun dari tidurnya.

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang