19 - flashback III

253 171 169
                                    

"Hiduplah sesukamu, tapi jangan pernah melewati batasmu."

──Arven.

- Aku ada untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Aku ada untukmu.



Berlari sekuat tenaga, menaiki anak tangga tanpa peduli jika salah mengambil langkah dan terjatuh. Sekarang gadis itu hanya perlu sampai diatas atap gedung sekolah, bertemu dengan laki-laki yang selalu membantunya di setiap saat.

Ia bertanya-tanya kenapa usahanya tidak membuahkan hasil? Kenapa yang berusaha selama satu tahun kalah, dengan seseorang yang dilihatnya dengan sekejam mata? Apa yang istimewa dari gadis itu sampai Renzo lebih milih dirinya dibandingkan Acha sendiri?

Acha tau, tidak semua orang bisa memaksakan kehendak dan juga perasaan. Tapi kali ini ia ingin egois, sekali saja apakah tidak bisa?

Benar kata orang, kita tidak bisa jatuh cinta kepada seseorang tanpa adanya anugerah dari Tuhan.

Langkah kakinya semakin beser ketika ketika melihat punggung belakang milik Angga, yang menatap ke arah lapangan bola.

Acha menubruk tubuh bongsor Angga dari belakang, membuat lelaki itu terdorong satu langkah kedepan sekaligus terperanjat kaget.

Ada tangan putih bersih, yang melingkar diperutnya begitu erat. Terdengar suara tangisan yang mengalun di pendengaran Angga.

Terlalu sakit untuk didengar olehnya. Angga tidak kuat, tapi jika tidak begini gadis itu akan terus mengejar laki-laki yang jelas-jelas tidak akan pernah menyukainya sampai kapanpun.

"Maafin gue, Cha. Maaf udah bikin lo nangis, dan maaf untuk semua rasa sakit hati lo." Angga berteriak dalam hati untuk semua hal yang terjadi di pagi hari yang indah, dan angin yang begitu sejuk menyentuh lembut di kulit.

Laki-laki bongsor ingin berbalik, tapi Acha menahannya agar tetap ditempatnya. Angga mengerti, diam untuk sesaat, sampai suara lirih terdengar jelas.

"Ga, kenapa dia jahat banget sama gue? Apa kekurangan gue sampai dia gak bisa nerima gue? Gue udah nunggu dia selama satu tahun, dan itu gak ngaruh apa-apa. Gue capek!" nada bicaranya seperti kesal, marah, merengek, dan juga pasrah.

"Kenapa dia gak bisa lihat gue, Ga? Kenapa?! Padahal gue selalu ada buat dia, gue rela belain dia kalau ada yang ngejek Renzo dari belakang. Tapi kenapa perjuangan gue buat dapetin dia, cuman dibalas kata maaf dan terimakasih? Gue gak butuh kalimat itu, gue butuh hatinya dan cintanya, Ga! Kenapa dia malah suka sama cewek lain?"

Two loves in one soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang