"Clarice," Chita masuk ke kamar Clarice yang sengaja tidak dikunci oleh gadis itu.
"Iya Ma?"
"Ada teman yang ingin menjengukmu,"
Dahi Clarice mengernyit, saat ini ia tidak memiliki teman dekat. Tidak mungkin Shania dan Yessa, kedua pengkhianat itu tidak akan ia izinkan untuk datang menemuinya. Lagipula rasanya mereka sudah tidak memiliki muka di depan Clarice.
"Siapa?"
"Mama tidak tahu. Mama baru melihatnya. Mama suruh dia masuk ke kamar kamu saja ya, biar kamu tidak perlu ke bawah." Belum sempat Clarice menjawab, Chita sudah menutup pintu kamar anaknya lebih dulu.
Selang beberapa menit, pintu kamar Clarice kembali terbuka. Tidak pernah Clarice duga sebelumnya jika yang datang adalah Reisa—asisten Jasmine. Sialan, ada perlu apa gadis menyebalkan itu menemuinya?!
"Hai, Cla." sapa Reisa sembari melemparkan senyum manisnya.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Clarice tidak bersahabat.
"Jengukin simpenannya majikan gue,"
"Gak perlu. Gue gak sudi lantai kamar gue diinjek kaki lo."
Reisa tertawa pelan namun sedetik kemudian wajah gadis itu memandangnya sinis. "Aduh, gue baru aja dateng masa langsung diusir?"
"Gue gak peduli."
"Oh iya, gue kesini bawa bingkisan, niatnya sih buat lo. Tapi kayaknya udah dibuka duluan sama Mama lo," ujar Reisa dengan raut muka yang menurut Clarice sangat mengesalkan.
"Bingkisan apa?" sahut Clarice cepat.
"Em, biasa sih, tapi isinya bisalah ngebongkar kebusukan lo di rumah Kak Jaguar."
"Brengsek minggir!" dengan langkah kaki seribu, Clarice berlari sekuat tenaga. Mengabaikan tubuhnya yang sebenarnya masih lemas.
Clarice menuruni tangga lalu mencari Chita yang sedang duduk di ruang tengah. Dari sisi samping, meskipun cukup jauh, Clarice bisa melihat Chita tengah membuka sebuah kotak. Sepertinya Clarice terlambat. Air muka wanita setengah baya itu menunjukkan ekspresi terkejut.
"Ma," panggil Clarice dengan nafas terengah.
"Teman kamu baik ya, Cla? Belum pernah bertemu Mama tapi kasih Mama oleh-oleh dari Amsterdam. Lihat, gelangnya cantik sekali." Chita memamerkan sebuah perhiasan ke arahnya sembari tersenyum lebar.
Clarice merasa aneh, ia jelas tahu gelang yang diberikan oleh Reisa adalah keluaran dari sebuah brand perhiasan mahal. Tapi mana mungkin seorang asisten seperti Reisa bisa membeli barang tersebut. Terlebih memberikannya untuk orang lain. Clarice yakin pasti Jasmine yang membelinya dan menyuruh asisten menyebalkan itu memberikan kepada Chita.
"Kamu sudah sehat? Jangan lari-larian, sayang. Ingat kamu ini sedang hamil," tanya Chita yang baru tersadar.
"Udah mendingan, Ma. Tadi... tadi Clarice terlalu antusias pengen tau pas dikasih tau kalau Reisa ngasih hadiah ke Mama."
Reisa yang berada di ujung tangga hanya memutar bola matanya jengah. Entah sudah berapa ribu kebohongan yang dikeluarkan dari mulut Clarice.
"Eh, Reisa, mau kemana?"
"Reisa harus langsung pulang, Tante. Gak bisa lama-lama." jawab Reisa beralasan.
"Ya sudah, untuk oleh-olehnya Tante ucapkan terimakasih banyak ya. Padahal kamu menjenguk Clarice saja Tante sudah senang," Chita menghampiri Reisa lalu mengelus bahu gadis itu.
"Gak apa-apa, Tante."
Clarice yang melihat senyum palsu yang terus dipasang oleh Reisa pun hanya menggerutu dalam batinnya. Reisa sangat pintar mencari muka!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from C to M [END]
FanfictionAwalnya Clarice berpikir dengan melarikan diri bersama kekasihnya akan mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan. Namun, kenyataan pahit seolah menyiram tubuhnya untuk kembali bangun. Clarice telah disadarkan bahwa orang-orang disekelilingnya tidak ada...