19

2.9K 304 29
                                    

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Clarice ke arah sumber suara tersebut. Sepasang pria dan wanita yang menggunakan snelli bersama seorang wanita menggunakan seragam hijau itu masuk ke dalam ruangannya. Ketiganya tersenyum menyapa Clarice.

"Bagaimana kondisimu saat ini?" tanya Henry kepada Clarice. Meskipun mereka dekat, jika di hadapan banyak orang mereka akan bersikap profesional.

"Lumayan membaik." lirih Clarice.

"Apa hasilnya udah ada?" tanyanya.

Henry beradu pandangan dengan teman sejawatnya yang bernama Mikaela. Clarice yang menangkap makna tatapan mereka mulai mengartikan bahwa yang dibawa oleh mereka bukan suatu hal yang baik.

Siang tadi Arsen memang membawanya ke rumah sakit. Namun setelah Clarice kembali mendapatkan kesadarannya, ia meminta Arsen untuk mengantarkannya ke rumah sakit dimana Henry bekerja.

Awalnya memang Arsen sempat terheran dan bersikeras agar Clarice tetap dirawat di rumah sakit itu, tapi dengan kekeraskepalaannya, akhirnya pemuda itu mengalah dan membawanya pergi.

Setelah mengantar Clarice, Arsen meminta maaf karena tidak bisa menemaninya. Pemuda itu mengatakan ada sesuatu hal yang mendesak. Karena terbiasa sendiri, ia pun mengizinkan Arsen untuk pergi.

Usai Clarice diperiksa oleh Henry, pria itu justru mengalihkan dirinya ke rekannya di bagian obstetri dan ginekologi. Meskipun mulanya ia keukeuh untuk tetap ditangani oleh Henry, tapi pria itu mengatakan yang terjadi pada dirinya saat ini bukanlah bidang keahliannya.

"Jadi gimana dokter Mika?" tanya Henry kepada Mikaela.

Wanita itu terlihat mengambil nafas panjang, "Nyonya Clarice bisa menghubungi suami Anda? Saya akan memberitahukan hasil serta berdiskusi bersama suami Anda."

"Dokter bisa langsung kasih tau saya aja, dok."

"Tapi akan lebih baik kalau suami Nyonya mendampingi Nyonya." perkataan Mikaela membuat Clarice jengah. Tidak mungkin ia membeberkan masalah rumah tangganya kepada wanita itu.

"Saya gak tau nomor suami saya. Jadi saya yang tanggungjawab sama kondisi saya." ucap Clarice. Ia bisa melihat tatapan aneh yang dilayangkan oleh ketiganya. Ia memang berkata jujur. Apa yang salah?

"Eum tapi ini..." Mikaela melirik Clarice lalu berganti menatap Henry seakan meminta bantuan.

Clarice benar-benar tidak menyukai gaya bicara teman Henry. Terlalu bertele-tele. Ia yang tengah menahan rasa sakit jadi ingin rasanya melampiaskan sakitnya itu dengan memarahi Mikaela.

"Katakan saja, dok. Nanti saya yang akan bertanggungjawab memberitahukan kepada suaminya. Kebetulan kami saling mengenal." Clarice tahu Henry berbohong.

"Baiklah kalau begitu. Untuk serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Nyonya Clarice menghasilkan bahwa Nyonya positif hamil 10 minggu."

Hamil.

Satu kata yang terkunci di otaknya. Clarice akan menjadi seorang ibu? Benarkah?

Rasanya benar-benar membahagiakan seolah ribuan kembang api meletup di hatinya. Bahkan mengalahkan sakit yang dirasakannya sejak tadi. Sungguh, Clarice masih tidak percaya Tuhan menitipkan buah hati kepadanya.

"Tetapi saya mohon maaf, janin yang ada di rahim Nyonya tidak bisa diselamatkan." sambung Mikaela dengan nada rendah.

"Maksud dokter?" Clarice langsung bangkit dari baringnya. Tidak. Pasti tidak benar. Mikaela pasti salah mendiagnosisnya!

"Saya gak percaya! Dokter pasti salah diagnosis! Saya mau diperiksa ulang," pekik Clarice. Sontak Henry memegangi kedua bahunya bersama dengan seorang perawat.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang