16

1.8K 270 28
                                    

Semua saran dan rencana yang diciptakan Arsen tidak ada yang berhasil sama sekali! Clarice menyesal telah mengiyakan seluruh rencana pemuda berotak udang itu. Seharusnya sedari awal ia sudah curiga saat pemuda itu mengatakan seluruh rencananya.

Ponsel yang berada di genggaman Clarice tiba-tiba bergetar. Ia menyalakan ponselnya itu dan melihat nama 'Arsen Ganteng' tertera di layar utama. Omong-omong, pemuda itu yang menamai nomor kontaknya sendiri.

Dengan malas Clarice pun mengangkatnya, "Apa?"

"Gimana? Berhasil kan?"

"Apanya yang berhasil? Gagal!" sentak Clarice. Kalau saja Arsen berada di dekatnya, ia pasti sudah menghajar pemuda itu.

Sayangnya selama enam hari ini mereka memutuskan untuk saling berhubungan melalui ponsel. Sehingga Clarice tidak bisa melampiaskan amarahnya.

"Kok bisa gagal? Lo pasti gak bisa eksekusi rencana gue!" balas Arsen yang menandakan bahwa dirinya tidak mau disalahkan.

"Enak aja. Gue eksekusinya sesuai apa yang lo perintahin ke gue!"

"Emang apa yang lo lakuin? Kenapa bisa gagal kalau lo bilang udah sesuai sama rencana gue?"

Tidak mungkin Clarice mengatakan kalau dirinya memakai sarung untuk membuat tubuhnya tertutup seperti perampok. Bisa-bisa Arsen menyalahkannya dan mengatainya bodoh. "Pokoknya itu. Lo gak perlu tau. Yang penting gue udah jalanin rencana lo."

Terdengar helaan nafas Arsen, "Ok. Kita masih punya waktu satu hari lagi buat naklukin suami lo. Gue masih punya rencana. Dengerin."

Sebetulnya Clarice cukup ragu. Ia takut rencana Arsen kali ini tidak jauh berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Tidak mungkin ia mempermalukan dirinya untuk kesekian kali di hadapan Mahesa.

"Sebagian besar cowok-cowok pasti cari cewek yang gak jauh dari cinta pertamanya. Bisa dari fisik ataupun sifat. Sampe sini lo paham?"

"Gak."

"Bodoh."

"Brengsek. Gue tutup nih telepon!" ancam Clarice.

"Eh jangan! Itu becanda doang, cantik."

"Ya terus?"

"Sikap, cara pakaian, perilaku lo harus mirip sama cinta pertama Mahesa."

"Kali ini gak mungkin gue lakuin." Clarice menarik nafas sebelum kembali berucap. "Cinta pertama Mahesa itu kembaran gue sendiri. Dari segi fisik aja udah agak beda."

"Oh iya sifat lo juga jelek. Aura lo gelap. Makanya suami lo gak suka sama lo. Kalau gue jadi Mahesa juga gue gak bakalan suka sama lo."

"Lo mau gue hajar?!" Clarice memberikan tatapan beringasnya. Masih saja pemuda itu bisa menghinanya di saat mengutarakan rencananya.

"Emang kenyataanya kayak gitu." ucap Arsen di sela tawanya.

"Arsen!"

"Ok, stop. Nih ya, lo udah tau cinta pertama suami lo itu kenbaran lo, justru itu keuntungan buat lo. Lo hidup sama kembaran lo dari rahim, jelas lo udah tau sifat sama tingkah laku dia di luar kepala. Lo gampang buat ngalihin perhatian suami lo dari dia."

"Ogah ah." Clarice masih keukeuh dengan penolakannya.

"Heh, ini demi dapetin suami lo. Cinta itu butuh pengorbanan!"

Bahas cinta lagi. Harus sekeras apa Clarice meyakinkan semua orang kalau dirinya tidak mencintai Mahesa.

"Lo pikirin lagi deh rencana gue. Terserah lo mau dilakuin atau enggak gue udah bodo amat. Bye." ketus Arsen lalu memutuskan sambungan telepon mereka.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang