FLASHBACK I

2.1K 265 38
                                    

[ a lil bit 17+. be wise! ]

Akhir-akhir ini Mahesa sedikit terusik dengan tingkah laku Clarice. Ia kerap kali mendengar suara-suara teriakan atau jeritan dari kamar gadis itu.

Mulanya Mahesa pikir Clarice menjadi gila dan butuh seorang psikiater. Namun diam-diam ia memerhatikan gadis itu. Tak jarang ia menjumpai gadis itu terlihat tengah menahan rasa sakit ketika Jasmine disakiti oleh Chita atau tidak sengaja terluka. Hingga akhirnya ia tersadar dan menyimpulkan kalau Clarice bisa merasakan rasa sakit Jasmine.

Entah fakta itu benar adanya atau hanya sebuah kebetulan belaka. Maka dari itu Mahesa memilih untuk bungkam dan tidak pernah mengatakan kepada siapapun bahkan pada Tyas sekalipun.

Sebetulnya cukup mengganjal di hati Mahesa, apa dari mereka tidak menyadari keanehan dari Clarice? Padahal gadis itu merupakan anak emas di keluarga Hartopo.

Ini sudah kesekian kalinya Clarice pulang dalam keadaan mabuk. Mahesa benar-benar tidak menyukai tingkah gadis itu yang bertambah liar.

"Nak, tolong kamu bawa Nona Clarice ke kamar." bisik Tyas yang tidak ingin terdengar siapapun.

Mahesa yang tidak bisa menolak permintaan Tyas pun dengan berat hati menggendong Clarice menuju kamar gadis itu. Dengan cepat kakinya menaiki tangga karena ia tidak ingin gadis itu berteriak atau melakukan hal aneh yang mengundang orang-orang bangun. Terutama Johan dan Chita.

Sesampainya di kamar Clarice, perlahan Mahesa menurunkan kaki gadis itu dan membuka pintu kamar. Kemudian memapahnya masuk ke dalam kamar dan tak lupa untuk mengunci pintu. Waspada jikalah Chita yang tiba-tiba masuk dan memergoki mereka lalu berakhir salah paham.

"Minggir!" Clarice mendorong Mahesa dengan tenaga yang lemah.

"Gue ngantuk." rengek Clarice sembari melepaskan tas serta sepatunya ke sembarang arah.

Mahesa hanya diam bersandar pada daun pintu dan melihat aksi gadis itu yang sudah biasa baginya. Ia bukanlah laki-laki baik yang menutup mata ketika gadis itu melanjutkan aksinya.

"Panas!" tanpa peduli Clarice melepaskan kain yang melekat di tubuhnya. Menyisakan sepasang pakaian dalam.

Dengan tubuh yang sempoyongan, Clarice berjalan ke ranjang dan langsung membaringkan tubuhnya. Selanjutnya melepaskan bra miliknya dan lagi-lagi membuangnya ke sembarang arah.

Ini waktunya Mahesa bertindak. Ia menunduk memunguti tas, gaun, sepatu serta bra milik Clarice yang berserakan di lantai marmer. Selesai mengumpulkan semuanya, Mahesa meletakkan barang tersebut ke walk in closet dan keranjang pakaian kotor sesuai tempatnya.

Kaki Mahesa melangkah ke sisi ranjang. Ia mengangkat tubuh Clarice kembali dan mengubah posisi tidur gadis itu agar benar. Tak lupa menyelimuti tubuh telanjang gadis itu.

Tatapan Mahesa terhenti kala melihat Clarice yang tertidur dengan damai. Ia akui, Clarice sangat cantik.

Entah apa yang dipikirkan oleh Mahesa, tubuhnya perlahan menunduk hingga bibirnya mendarat tepat di atas bibir penuh milik Clarice. Sial, ia sudah tidak bisa lagi menahannya. Semakin ia menahan, rasa itu semakin memberontak. Seperti ada api yang menggebu-gebu di dalam dadanya.

Mata Clarice yang terbuka sangat mengejutkan Mahesa. Gerak reflek Mahesa yang bagus pun kalah cepat dengan kedua tangan gadis itu yang memeluknya.

"Mahesa," gumam Clarice memeluk Mahesa erat hingga terjatuh menimpanya. Bibir mereka kembali bertemu. Bahkan kali ini Clarice yang berinisiatif menggerakkan bibirnya.

Mahesa tidak tahu darimana Clarice pandai berciuman. Hal tersebut berhasil membuat Mahesa marah akan cemburu. Siapa laki-laki yang tengah dekat dengan gadis itu? Ia harus mencari tahu dan memberinya peringatan agar menjauh dari miliknya. Clarice hanya milik Mahesa.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang