Setelah tiga hari berbaring di kamar dan bolak balik ke kamar mandi, Clarice menjadi tidak bisa memata-matai kegiatan Mahesa di luar.
Bersyukur Clarice tidak dehidrasi dan demam seperti dulu. Sewaktu dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ia dengan gayanya yang angkuh menerima tantangan mantan sahabatnya untuk memakan makanan pedas.
Meskipun hanya bisa berbaring selama 3 hari di rumah, Clarice merasa terbantu karena Arsen. Pemuda itu selalu datang membawakannya makanan dan menemaninya. Walau terkadang sikapnya tetap menyebalkan.
Tapi yang begitu mengejutkannya adalah pemuda itu membelikannya ponsel keluaran terbaru yang sama seperti milik pemuda itu.
Awalnya Clarice sudah menolaknya, namun Arsen mengancamnya akan membongkar semua rahasianya pada Mahesa. Jadi akhirnya ia menerimanya.
Arsen benar-benar sangat baik. Tidak seperti Mahesa! Ya walaupun pria itu memberikan Clarice obat dan memasakkan bubur yang disukainya. Tetap saja dengan perilakunya yang kasar dan dingin.
"Kenapa masih tidur? Bukan kah kamu sudah sembuh?" tanya Mahesa yang masuk ke dalam kamar.
Clarice tidak menjawabnya. Selama tiga hari ini juga ia mendiami Mahesa. Ia melakukan hal itu karena ia sangat marah pada Mahesa. Pria itu yang membuatnya berbaring tiga hari penuh.
"Apa kamu tidak meminum obat yang aku berikan?" tanya Mahesa yang kali ini berjalan ke arah ranjang. Memeriksa obat yang dibelikannya.
"Seharusnya kamu habiskan obatnya!"
Lagi dan lagi Clarice hanya diam. Bahkan ia melakukan aksi yang lebih berani dengan berbalik memunggungi pria itu. Biarkan saja pria itu marah. Meladeni pria itu justru semakin membuat sakit kepala.
Clarice mendengar suara langkah kaki menjauh dan pintu yang tertutup membuat dirinya berasumsi bahwa Mahesa telah keluar dari kamar. Namun asumsinya salah besar karena ia mendengar langkah kaki yang mendekat dan berhenti di samping ranjang.
"Duduk!"
Peirntah Mahesa kali ini tidak diindahkan oleh Clarice.
"Jangan sampai aku memaksamu untuk duduk!" ancam Mahesa yang akhirnya dituruti oleh Clarice,
Perlahan Clarice bangun dan duduk. Bersandar dengan bantal sebagai sandaran di punggungnya. Meskipun ia sudah merasa baikan, tetapi ia harus tetap berpura-pura masih terlihat sakit supaya Mahesa pikir dirinya masih sakit saat dirinya akan mengutit pria itu hari ini.
Tanpa diminta Mahesa duduk di sampingnya. Masih dengan memegang nampan yang beriri semangkuk bubur dan segelar air. Pria itu meletakkan nampan itu di atas tempat tidur lalu menyendok bubur dan meniupnya pelan sebelum mengarahkannya ke bibir Clarice.
Sikap baik yang ditunjukkan Mahesa kepada Clarice membuatnya sedikit waspada. Mungkin saja pria itu sedang berpura-pura baik dan perhatian agar membuatnya terlena. Ujungnya pria itu akan kembali bersikap kasar.
"Buka mulutmu." meski nada bicara Mahesa tenang, tetap saja itu adalah perintah mutlak untuk Clarice.
Clarice membuka mulut, menerima suapan dari Mahesa. Bubur buatan pria itu enak. Tidak terasa aneh sama sekali. Rasanya sama seperti bubur kesukaannya yang dulu selalu dibawa oleh Tyas sewaktu dirinya sakit.
Ingin sekali Clarice merebut mangkuk bubur dari tangan Mahesa dan memakannya lahap. Tapi tidak mungkin. Ia tidak memiliki keberanian.
Tak terasa bubur dalam mangkuk itu sisa hanya satu suapan saja. Antara Clarice terlalu lahap atau sedang lapar atau mungkin nafsu makannya sedang naik.
"Minum." Mahesa mendekatkan gelas ke bibir Clarice.
Tidak bisa dipungkiri jantung Clarice berdegup kencang. Debaran yang sama setiap kali bersentuhan dengan Mahesa. Ia hanya berdoa semoga saja pipinya tidak memerah di bawah tatapan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from C to M [END]
FanfictionAwalnya Clarice berpikir dengan melarikan diri bersama kekasihnya akan mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan. Namun, kenyataan pahit seolah menyiram tubuhnya untuk kembali bangun. Clarice telah disadarkan bahwa orang-orang disekelilingnya tidak ada...