18

2.3K 299 34
                                    

"Jangan cemberut gitu dong. Masa lo masih kesel sama gue," Arsen terus saja membujuk Clarice yang sedari tadi mendiamkan pemuda itu.

"Bisa minggir gak?!" bentak Clarice. Arsen selalu saja membuntutinya seperti anak kucing padahal ia tengah bekerja.

"Lo marah banget sama gue ya?"

"Iya. Gue marah banget sama lo! Semua rencana lo bikin gue malu!"

"Ya, gimana ya, kalau gue nyalahin lo ntar lo tambah malah nambah marah. Yaudah deh, maafin gue ya Clarice cantik," rayu Arsen dengan gaya tengil dan senyuman khasnya.

"Udah Cla, maafin aja. Kasian noh Si Ganteng kalau gak dimaafin. Daripada ngomong mulu bikin lo gak fokus ntar dandanan gue jelek lagi." timpal Hani yang menjadi pelanggan Clarice hari ini.

"Tuh dengerin kata Tante Cantik." tambah Arsen disertai pujian untuk Hani agar selalu mendapatkan dukungan.

"Tolong Ibu diem sebentar ya. Nanti hasilnya gak bagus," Clarice mengalihkan perhatian Hani agar tetap fokus pada riasannya. Ia tidak mau mendapatkan keluhan tentang hasil riasannya yang tidak memuaskan karena sejauh ini belum ada komplain padanya.

"Kak Clarice yang cantik, manis, super baik hati, maafin gue ya?" Arsen mulai bertingkah. Nada suaranya pun dibuat selembut mungkin.

"Lo bisa diem dulu gak sih? Gue lagi fokus nih!"

"Enggak." balas Arsen sembari menggeleng polos.

Clarice menghentikan kegiatannya. Meredam amarah yang hampir saja meledak. Arsen sialan. Suasana hatinya sangat berpengaruh pada hasil riasannya. Padahal mood nya tadi pagi sudah naik karena aktivitas tadi malam. Tapi kedatangan Arsen merusak segalanya.

Clarice melanjutkan riasannya pada wajah Hani. Mengabaikan Arsen yang terlihat merajuk karena Clarice tidak menanggapi ucapannya.

"OK, udah selese Bu Hani." ujar Clarice dengan senyuman yang mengembang.

Hani pun meneliti wajahnya yang selesai dirias oleh Clarice di cermin. "Makasih ya Cla, dandanan lo selalu bagus."

"Nih." Hani memberikan uang bayaran pada Clarice. Lumayan hasil dari merias ini bisa menambah tabungannya.

"Makasih ya Bu, nanti kalau pengen dirias lagi hubungin aku lagi ya!"

"Siap. Oh ya, kayaknya lo asik banget ya tadi malem. Lagi seru tuh lo digosipin sama Laila CS. Salam buat laki lo ya," ucap Hani sembari tersenyum penuh arti ketika Clarice sedang membereskan alat-alat riasnya.

Lantas wajah Clarice langsung memerah. Ia lupa kalau kamarnya tidak lagi kedap suara. Tapi apa desahan dan jeritannya sekeras itu sampai mereka bisa mendengarnya?

"Iya nanti aku sampein. Yaudah aku pulang dulu ya Bu. Maaf tadi sepupu aku udah ganggu," Clarice berpamitan setelah selesai berbenah.

Clarice melirik ke arah Arsen, memberi tanda kepada pemuda itu untuk mengikutinya sebelum ditanya macam-macam oleh Hani. Ia yakin Hani tidak akan melepaskan Arsen sampai ia dapat informasi tentangnya untuk menjadi bahan gosip Laila CS.

"Bisa cepetan gak sih jalannya?" karena Clarice tidak sabar, tangannya yang kosong pun menyeret Arsen untuk segera keluar dari rumah Hani. Dirasa sudah cukup jauh dari rumah Hani, Clarice pun melepaskannya.

"Pegang lagi dong," ucap Arsen dengan senyum merekah dan menyodorkan kembali tangannya.

"Males."

Seperti biasa, Arsen menyampirkan tangannya di bahu Clarice. Meskipun Clarice sudah berusaha melepaskan rangkulan pemuda itu, tetap saja pemuda itu bebal dan tidak menjauhkan tangannya.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang