8

2.4K 280 23
                                    

Badan Clarice terasa remuk. Ditambah nyeri di pusat tubuhnya. Ingatannya tentang aktivitas yang dilakukannya bersama Mahesa kembali terbayang dan membuatnya malu. Beruntung Mahesa sudah tidak ada di sampingnya. Kalau masih berada di kamar, bisa-bisa pria itu memergokinya tengah tersipu malu.

Setelah ini Clarice harus bertemu Mahesa. Ia ingin tahu bagaimana reaksi pria itu usai mengetahui bahwa sebenarnya Clarice belum terjamah oleh pria manapun. Buktinya semalam pria itu yang merenggut kesuciannya.

Dengan tubuh yang sulit digerakkan, Clarice bangkit dari posisi tidurnya. Melilitkan selimut guna menutupi tubuh telanjangnya. Terlebih di tubuhnya yang putih terdapat banyak sekali jejak merah yang diciptakan Mahesa.

Clarice akui, meskipun amatiran tapi ia tahu kalau gaya bercinta Mahesa begitu luar biasa. Tidak dipungkiri kalau nanti malam pria itu menginginkannya, ia akan mengabulkannya.

Bibir Clarice tidak sadar tersungging tipis. Ah kenapa ia mendadak jadi mesum!

Senyuman yang menghias wajah, sesaat langsung pudar ketika melihat noda darah yang mengotori seprai.

"Ih kok banyak banget?!"

Suara pintu terbuka menampilkan Mahesa yang sudah berpakaian rapi. "Apa?"

"I-itu," Clarice menunjuk bekas darahnya yang mengering.

"Memangnya kenapa? Apa kamu sedang ingin menunjukkan padaku kalau kamu masih perawan?" tanya Mahesa yang tidak peduli dengan ketidakpercayaan Clarice.

"Apa sih, orang aku kaget darahnya banyak banget." Clarice menghembuskan nafas kasar.

"Jangan berlebihan. Cepat mandi!" perintah Mahesa dengan wajah kesal sebelum keluar dari kamar.

Perlahan Clarice turun dari ranjang dengan perasaan sebal. Ia meringis saat merasakan nyeri ketika berjalan keluar kamar, mencari kamar mandi.

Bau harum masakan menyambut indera penciuman Clarice begitu dirinya keluar kamar. Perutnya menjadi lapar akibat semalam ia belum makan ditambah percintaan yang menguras banyak tenaga.

Clarice melangkah menuju ruang makan yang sekaligus dapur di rumah kecil ini. Matanya menatap nasi goreng yang mengeluarkan kepulan asap dan sebuah telur dadar.

"Mandi setelah itu baru sarapan!" ucap Mahesa yang telah duduk di kursi makan sembari membaca sebuah berkas.

"Kamar mandinya sebelah mana?"

"Lurus saja." jawab Mahesa yang lagi-lagi tanpa menatap Clarice. Nada bicara pria itu pun tidak ramah.

Clarice berjalan mengikuti arah yang diberitahu Mahesa sampai ke depan sebuah pintu plastik berwarna hijau. Dengan pelan, ia pun membukanya.

"Mahesa!" Clarice berteriak.

"Apa lagi kali ini?" Mahesa menatap malas ke arah Clarice.

"Kamu liat!"

Clarice menunjuk kamar mandi yang menyatu dengan toilet tanpa sekat. Terlebih toilet tersebut merupakan toilet jongkok. Belum lagi harus menggunakan air yang ada di bak. Menurutnya sangat menjijikan. Pasti airnya sudah tercemar.

"Mandi, Clarice. Atau kamu ingin aku yang mandikan?" ancam Mahesa.

"Gak mau!" Secepat mungkin Clarice menutup pintu kamar mandi.

"Jangan melamun!" gedoran pintu yang dilakukan Mahesa membuat Clarice merengut.

Tak memedulikan lagi kondisi kamar mandi, Clarice segera melepas selimut yang menutupi tubuhnya. Kemudian mengguyur tubuhnya dengan air yang berada di bak mandi. Ini adalah rekor tercepat ia mandi selama hidupnya, yaitu hanya 10 menit. Biasanya ia dengan senang hati akan membuang waktunya berlama-lama berendam di kamar mandi. Namun sekarang karena dinginnya air dan rasa jijiknya, membuat ia tidak betah di dalam ruangan sekotak itu.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang