Setiap kali bangun pagi Clarice merasa tidak enak badan. Apa karena ia terlalu kelelahan mengurus rumah? Mungkin. Selama ini ia selalu menjadi ratu, setelah menikah ia berubah drastis menjadi upik abu. Ditambah ia juga bisa merasakan rasa sakit Jasmine membuat tubuhnya jadi tidak karuan.
Clarice berjalan ke arah tembok pembatas rumahnya dengan rumah Laila.
"Pagi, Tante." sapa Clarice dengan suara keras ke arah sekumpulan wanita berdaster yang tengah mengerubungi seorang pemuda yang posisinya membelakangi Clarice.
Clarice berdecak sebal karena tidak ada satu pun dari mereka yang membalas sapaannya. Jangankan membalas, menoleh pun tidak.
Clarice menatap lekat punggung pemuda itu. Ia seperti mengenalnya. Ia keluar gerbang rumahnya dan mendekat ke arah gerombolan itu. Ia menggeser badannya agar bisa lebih jelas melihat sosok pemuda itu.
Dugaannya benar. Itu Arsen! Apa yang pemuda itu lakukan sampai-sampai para ibu-ibu tidak mendengarkan sapaan Clarice?
"Pagi!" salam Clarice sekali lagi pada para wanita yang ternyata masih mengabaikannya. Mereka justru semakin asik mengobrol.
"Heh Tante!" teriak Clarice.
"Jangan keras-keras. Lo mau suami lo tau kalau gue ada di sini?" Arsen berbalik menatap Clarice kesal.
"Laki lo mana?" tanya Laila.
"Ada di dalam, belum berangkat."
"Lo ngapain disini? Lo harusnya ada di rumah. Tunggu laki lo berangkat dulu baru lo ke sini!"
Clarice mengerutkan dahinya saat dirinya malah mendapatkan semburan dari Laila.
"Males." Clarice tidak mungkin mengatakan pada mereka kalau dirinya tengah malas melihat wajah Mahesa.
"Gimana kemaren?" tanya Laila tanpa basa-basi. "Laki lo beneran selingkuh kan?"
"Lo hajar mereka gak?" sambung Rahma.
"Kalau dihajar gak mungkin kita gak denger ribut-ribut." potong Ning lalu menatap Clarice. "Lo udah dapet bukti suami lo selingkuh?"
Belum sempat Clarice menjawab pertanyaan Laila, pertanyaan datang bertubi. Membuatnya jadi malas menjawab.
"Menurut Si Ganteng mereka selingkuh gak?" tanya Ning pada Arsen. Sedangkan Clarice yang mendengarnya hanya meringis jijik.
Bukan karena Ning yang memeluk lengan Arsen. Tetapi nada bicaranya berubah seperti gadis puber yang sok manja. Sudah tua, punya anak yang sebesar Arsen tapi masih saja bersikap genit.
"Kayaknya selingkuh." jawab Arsen.
Clarice tebak pasti Arsen telah bercerita kepada para tetangganya kalau mereka berteman. Maka dari itu Ning menanyakan pendapat pemuda itu tanpa harus menjelaskan permasalahan rumah tangganya.
"Kalau gue punya suami kayak lo, bakal gue kunci di rumah. Gak bakal gue biarin keluar." saran gila dari Rahma tidak akan pernah Clarice lakukan. Yang ada malah dirinya yang terkurung di dalam rumah oleh Mahesa.
"Ngapain dikunci, mending lo hajar aja terus cerai." kali ini Laila memberi saran yang sama gilanya.
Tidaka kan bisa Clarice memukul Mahesa. Tenaga pria itu lebih kuat darinya. Belum lagi pria itu memiliki bukti kuat untuk menjebloskannya ke penjara. Apalagi cerai. Bisa-bisa Clarice hidup dijalanan. Lalu dendamnya tidak akan terbalaskan.
"Jangan. Lebih baik lo dapetin hati suami lo aja." Clarice menatap Arsen yang tersenyum memuakkan.
Dapat hati Mahesa? Yang benar saja! Itu sama seperti memindahkan kutub selatan ke gurun sahara. Alias mustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from C to M [END]
FanfictionAwalnya Clarice berpikir dengan melarikan diri bersama kekasihnya akan mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan. Namun, kenyataan pahit seolah menyiram tubuhnya untuk kembali bangun. Clarice telah disadarkan bahwa orang-orang disekelilingnya tidak ada...