"Berhenti mempermalukan dirimu sendiri. Untuk apa kamu datang ke perusahaan Jaguar?!"
Mahesa melepaskan cekalan jemarinya dari tangan Clarice sedikit kuat.
"Menurut lo? Apa gue harus diem aja setelah salah satu orang suruhan lo nyelakain gue?!"
Rahang Mahesa terlihat semakin mengetat. Ia menatap Clarice dengan tatapan menuntut. "Jangan membual."
"Kapan sih lo percaya sama gue? Gak pernah." Clarice membuang mukanya ke arah lain. Air mata mulai tergenang di pelupuk matanya. Otak, hati, dan tubuhnya benar-benar berada di titik paling rendah.
"Minggir."
Clarice hendak menuju kamarnya, mengistirahatkan tubuhnya. Namun setiap pergerakannya selalu saja ditahan oleh Mahesa.
"Gue bilang minggir. Apa lo budek?"
"Katakan apa alasan kenapa kamu selalu berbuat jahat pada Jasmine!" tuntut Mahesa.
"Gue benci Jasmine. Gue benci lo semua yang udah nyakitin gue!" teriak Clarice histeris. Ia sudah tidak peduli kalau para tetangga mereka mendengar teriakannya. Ia hanya ingin meluapkan beban hatinya.
Mahesa berdecih, "Kamu pikir aku tidak membencimu?"
Tubuh Clarice seolah disiram air dingin. Ia tahu Mahesa membencinya, terlebih dirinya juga yang membuat pria itu kehilangan dua orang tercintanya. Akan tetapi mendengar pernyataan kebencian langsung dari mulut pria itu membuat Clarice hilang akal sehat.
"Gue tau! Tanpa lo bilang juga gue tau! Gue yang bunuh nyokap lo. Gak ada alasan buat lo gak benci gue."
Mahesa berjalan mendekati Clarice. Tangannya terulur mengangkat dagu Clarice agar tatapannya semakin terkunci dengan tatapan wanita itu.
"Kalau kamu menyadari aku membencimu harusnya kamu sadar, jangan pernah berani untuk bermain-main denganku."
"Dan, aku harap kamu berpikir ulang untuk mengancam Jasmine. Karena menyentuhnya sedikit pun, akan ku patahkan jarimu." lanjutnya yang terdengar begitu mengerikan.
Sebisa mungkin Clarice mempertahankan wajah angkuhnya, "Semakin lo larang, gue semakin ingin lakuin."
Sorot mata Mahesa penuh dengan api amarah. Tangannya mencengkeram kuat dagu Clarice. "Aku bersungguh-sungguh akan melakukannya."
"Lo pikir gue main-main?" memang Clarice sudah gila. Dengan berani dirinya masih menantang Mahesa.
Punggung ringkih Clarice menghantam dinding ruang tamu. Walaupun tidak begitu sakit namun cukup membuat dirinya terkejut.
"Sepertinya kamu sudah berani melawanku secara terang-terangan. Sudah sangat banyak daftar kesalahan yang kamu lakukan!"
"Lo juga udah buat banyak kesalahan sama gue! Lo tega sama gue! Lo selingkuh. Lo pikir gue gak tau?!" Shit. Clarice kelepasan.
"Kamu menuduh kami untuk berhenti memata-matai kamu tapi kamu sendiri juga menguntitku." sindir Mahesa.
"Lo selingkuh sama banyak cewek. Gue jadi heran kenapa Jasmine sama Reisa bisa suka sama lo bahkan sampe mau jadi simpenan lo."
"Jaga bicaramu!"
"Kenapa? Yang gue bilang bener kan?!"
"Kalau kamu tidak mengetahui apapun lebih baik diam!"
"Apa yang gue gak tau? Bagian lo yang sering anter dia periksa kandungan? Padahal jelas jelas itu bukan anak lo."
"Itu bukan urusan kamu."
"Kalau gue hamil pun kayaknya lo gak akan peduli, iya kan?" Clarice menggigit lidahnya. Menyiapkan hati untuk menerima apapun jawaban Mahesa.
"Benar. Kamu hanya seorang wanita jahat yang sialnya harus aku nikahi karena balas budi. Dan kalau kamu hamil juga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from C to M [END]
FanfictionAwalnya Clarice berpikir dengan melarikan diri bersama kekasihnya akan mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan. Namun, kenyataan pahit seolah menyiram tubuhnya untuk kembali bangun. Clarice telah disadarkan bahwa orang-orang disekelilingnya tidak ada...