11

1.9K 278 14
                                    

Clarice menatap sinis ke arah Mahesa yang bersikap seolah tidak terjadi apapun. Pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda kalau perutnya bermasalah. Bahkan wajahnya masih terlihat segar.

Suara motor Mahesa terdengar semakin menjauh dari halaman rumah. Ini saatnya Clarice keluar rumahnya dan tidak lupa untuk menguncinya. Ia berlari ke arah seorang pria yang duduk di atas motor samping rumah Laila.

"Cepetan sebelum lo kehilangan jejak suami lo!" teriak Laila sembari menyodorkan sebuah helm kepadanya.

Sontak Clarice menerima helm tersebut kemudian memakainya. Ia menaiki motor dan menyuruh pria yang berprofesi sebagai tukang ojek itu untuk segera membuntuti Mahesa.

"Habisin suami lo!"

Clarice memberikan isyarat dengan mengacungkan ibu jarinya. "Gue titip rumah!"

Motor melaju dengan kecepatan tinggi ke arah jalan raya. Setelah mencari-cari Mahesa, Clarice mendapatkannya. Herannya pria itu mengendarai motornya cukup pelan.

"Itu dia! Pak, ikutin terus kemana dia pergi ya. Inget harus jaga jarak biar gak ketahuan."

"Beres Neng. Urusan kayak gini gue udah ahli." ucap si tukang ojek berbangga hati.

Mahesa mengarahkan motornya ke pusat kota. Clarice pikir suaminya akan berhenti ke salah satu gedung perusahaan yang menjulang tinggi. Tapi perkiraannya salah. Mahesa membelokkan motornya ke arah apartemen mahal yang penjagaannya sangat ketat.

Clarice tidak bodoh. Ia sangat tahu apartemen itu. Bangunan langganan para selebritis tanah air karena penjagaan yang sangat baik. Yang jelas sangat membantu mereka terhindar dari kejaran media. Tapi bagaimana bisa Mahesa memasuki bangunan tersebut bahkan para keamanan apartemen mengangguk hormat padanya?

"Gimana Neng? Kita gak mungkin bisa masuk."

Mata Clarice menatap sekeliling. Mencari celah supaya mereka bisa masuk meskipun mustahil. Di ujung jalan ada sebuah pohon yang rindang. Jika mereka tidak bisa masuk, setidaknya mereka bisa mengintai.

"Kita tunggu di pohon ujung itu, Pak." Clarice menunjuk pohon rindang tepi jalan. Cukup jauh dari area apartemen akan tetapi sulit diketahui kecuali menuju arah mereka.

Tukang ojek yang bernama Muslim itu menghidupkan motor dan menjalankannya ke tempat yang ditunjuk oleh Clarice. Wanita itu turun dari motor sembari mengamati setiap kendaraan yang keluar dari kawasan apartemen mewah itu.

Satu jam lamanya Clarice menunggu di bawah pohon namun ia belum melihat Mahesa keluar. Tidak mungkin motor butut Mahesa tidak terlihat olehnya, sementara kendaraan yang keluar-masuk rata-rata beroda empat dengan harga yang fantastis.

"Neng, ini sih jelas ada apa-apanya kalau sampai sejam gini gak keluar. Tapi coba kita tunggu sejam lagi. Kalau sejam gak keluar juga, fix banget itu mah laki Neng selingkuh!"

Clarice melirik Muslim sekilas. Ucapan pria itu terdengar sok tahu namun ada benarnya juga. Ia harus memastikannya. Ia harus mengetahui siapa perempuan yang mampu membuat Mahesa berani berselingkuh darinya.

Namun ternyata setelah menunggu sejam pun Mahesa tak kunjung keluar. Marah dan ada rasa sesak di hati Clarice yang harus menerima kenyataan kalau Mahesa benar selingkuh.

"Pak, kita pulang aja."

"Gak mau nunggu lagi, Neng? Siapa tau bentar lagi laki Neng keluar."

Clarice menggeleng, "Gak usah. Paling juga dia masih asik sama selingkuhannya di dalam."

"Ya udah deh kalau gitu, Neng." Muslim menaiki motornya dan menyalakan mesin. Tak bersemangat, Clarice duduk di belakang Muslim. Memegang bahu Muslim saat motor mulai melaju.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang