10

2K 261 16
                                    

Tidak terasa sudah dua bulan Clarice hidup bersama Mahesa. Sama artinya dengan Clarice sudah dua bulan hidup miskin. Dan juga berperang melawan wanita-wanita penggosip yang menjadi tetangganya.

Ternyata menjalani semuanya tidak seburuk yang Clarice pikirkan. Memang ada rasa kesal tiap kali Mahesa yang hanya bisa memerintah, marah-marah, dan membentak kalau dirinya berbuat sedikit kesalahan. Atau ada juga rasa sedih setiap kali pria itu bersikap dingin dan sinis kepadanya. Mengabaikannya seakan dirinya tidak ada.

Clarice tahu Mahesa masih membenci dan menyimpan dendam kepadanya. Terlihat dari perlakuan pria itu yang memperlakukannya layaknya pembantu. Dari memasak, bersih rumah, cuci piring dan pakaian, dan pekerjaan rumah lainnya.

Meskipun seperti itu, terkadang Mahesa bisa menjadi sosok baik. Pria itu selalu membela Clarice di hadapan para wanita tukang gosip. Walau ujungnya di rumah ia tetap dimarahi.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Clarice mulai terbiasa dengan itu semua. Tangannya yang awalnya alergi jika terkena sabun cuci, kini ia sudah tahu cara mengatasinya. Bahkan menggorengpun ia sudah tidak lagi memerlukan helm ataupun jaket sebagai perlindungan diri.

Diam-diam Clarice memiliki pekerjaan sampingan yang Mahesa tidak ketahui. Ia menjadi perias. Berkat merias Sarah, anak perempuan dari pria yang paling kaya di komplek tempatnya tinggal, ia menjadi terkenal karena hasil riasannya yang cantik.

Sudah banyak pelanggan dari komplek yang menyukai riasan dan tata rambut karya Clarice. Walaupun upahnya tidak seberapa, setidaknya karena merias itulah ia bisa mendapatkan beberapa resep masakan dari ibu-ibu yang seringkali memasak di dapur hajatan.

Sejujurnya pernah sekali Clarice memamerkan upah hasil menjadi seorang perias kepada Mahesa. Namun alhasil ia justru dimarahi habis-habisan dan pria itu melarangnya bekerja. Maka dari itu kini Clarice melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

Ketukan pintu menghentikan aktivitas Clarice yang sedang mengepel. Ia menyandarkan gagang pel ke dinding, lalu membukakan pintu.

"Siang, Cla." sapa Jasmine tersenyum ramah. Tentu dengan perut yang sudah membesar dari terakhir yang dilihat Clarice serta perempuan yang masih menjadi asistennya itu.

"Dari mana lo tau rumah ini?" tanya Clarice tidak bersahabat.

"Dari Kak Mahesa."

"Mau apa kesini?" Clarice masih mempertahankan kesinisannya.

"Aku cuma pengen tau keadaan kamu, Cla."

"Ini aku bawain masakan kesukaan kamu sama Kak Mahesa." lanjut Jasmine serasa menyodorkan kotak makanan bertingkat.

Karena tidak ingin Jasmine mengadu macam-macam kepada Mahesa kalau Clarice tidak menerima pemberian wanita itu, dengan terpaksa ia harus menerimanya. Nyatanya hari ini ia sudah memasak banyak menu.

"Kak Mahesa mana?" pertanyaan Jasmine membuat Clarice semakin menekuk wajahnya.

"Mahesa lagi tidur. Kecapean soalnya tadi malem abis... ya kalian tau lah ya gak perlu gue omongin." ucap Clarice dengan nada penuh kepongahan. Apa itu benar adanya? Jelas tidak.

Clarice berharap Mahesa tidak keluar kamar. Ia hanya ingin mengetahui reaksi apa yang diberikan oleh dua perempuan yang selalu menempeli suaminya itu.

"Cuma mau anterin ini aja kan?"

"Iya. Oh iya, aku juga mau ngasih tau kamu kalau anak aku kembar." Jasmine terlihat antusias saat mengatakannya.

Clarice tersenyum datar, "Selamat ya."

Dalam hati Clarice sedikit bersyukur karena calon keponakannya tidak keguguran atas tindakan bodoh yang pernah dilakukannya dulu. Ia berharap mereka lahir dengan selamat dan sehat. Dan senang hati ia akan memberitahu mereka tentang 'kutukan' itu kepada mereka suatu saat nanti agar salah satu nasib mereka tidak berakhir seperti dirinya.

Love from C to M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang