Musik hymne pernikahan memberi tanda Clarice memasuki altar. Rolan menggandeng tangan ia tanpa mengucapkan satu kata pun. Rasanya sangat canggung. Hubungan mereka tidak lagi sedekat sebelumnya. Terlebih keluarga yang hadir hanya sedikit. Chita pun tidak terlihat batang hidungnya.
Orang seperti mereka tidak pantas Clarice anggap keluarga. Dulu sewaktu dirinya menjadi seorang model, mereke memuji dan membanggakannya. Kini disaat ia terjatuh, ia dianggap musuh yang mencoreng nama baik keluarga.
Menunduk malu dan menyesal bukanlah sosok Clarice Gianina. Ia mengangkat dagunya tinggi. Membuktikan bahwa tanpa mereka pun Clarice bisa berdiri sendiri.
Pandangan Clarice mengedar. Ada banyak pengawal berseragam. Bahkan beberapa diantaranya seperti berkebangsaan asing. Sepertinya Jasmine menganggap serius candaannya yang berniat melarikan diri. Tindakan Rolan kali ini dinilainya terlalu berlebihan. Hanya agar dirinya tidak kabur, sampai harus menyewa pengawal sebanyak ini.
Saat Clarice mendekati altar, ada hal yang paling menarik perhatiannya. Jaguar berdiri di samping Mahesa. Dilihat dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka sudah saling mengenal. Masih dengan pemikiran buruknya, Clarice menduga Mahesa pasti meminta bantuan Jaguar juga untuk mempersiapkan ini semua. Mustahil seorang mantan anak pembantu bisa mempersiapkan acara pernikahan dalam kurun waktu dua hari. Walaupun terbilang sangat sederhana.
Clarice memasang senyum palsu saat Mahesa menuruni tangga altar. Rolan mengalihkan tangan Clarice untuk menyambut tangan Mahesa. Mereka berdua kini saling bergandengan tangan menuju pendeta yang telah menunggu.
Acara ikat janji, tukar cincin, dan menandatangani surat pernikahan pun telah selesai. Jantung Clarice berdetak lebih cepat dibandingkan sebelumnya kala Mahesa mulai membuka kerudung nikahnya. Tatapan mereka saling bertemu.
Cup.
Sebuah kecupan mendarat di kening Clarice. Membuat gadis itu tertegun. Ia pikir Mahesa akan mencium bibirnya. Meskipun begitu, kecupan yang diberikan Mahesa di kening saja cukup membuatnya merona.
Ya Tuhan, bagaimana Clarice bisa terus melawan Mahesa kalau dikecup keningnya saja sudah seperti remaja polos yang baru mengenal ciuman!
Sepertinya Clarice harus sering meminta ciuman agar ia tidak terpengaruh dengan pesona makhluk berdarah dingin yang sudah sah menjadi suaminya.
🤍
"Apa ini calon pengantin kamu?" tanya pria tua yang duduk di kursi roda datang mendekati tempat Clarice dan Mahesa berdiri di dekat mobil bersama pria berkebangsaan asing yang seumur dengannya.
Sepertinya Clarice pernah bertemu dengan pria setengah baya yang duduk di kursi roda itu. Namun ia lupa kapan tepatnya mereka bertemu.
"Kita pernah bertemu di Manhattan saat kamu dirampok."
Pernyataan pria itu menarik ingatan Clarice tentang kejadian perampokan yang dialaminya. Ah, pria kursi roda itu dapat berbahasa Indonesia.
"Ternyata kamu wanita yang dipilih Mahesa menjadi pendamping hidupnya. Kalau begitu, selamat." Pria itu mengulurkan tangannya, tapi Clarice justru memundurkan langkahnya. Menciptakan jarak di antara mereka semakin jauh.
"Saya bukan orang jahat. Kejadian itu saya benar-benar berniat menolong kamu. Lagipula saya merupakan atasan tempat Mahesa bekerja."
Pakaian pria paruh baya itu yang serba hitam ditambah pengawalnya yang mengenakan seragam yang sama, membuat Clarice berpikir bahwa pekerjaan mereka adalah mafia. Sangat sesuai dengan perangai serta kepribadian Mahesa.
"Maaf dan terimakasih." Clarice tersenyum kecil.
Sosok pria berkebangsaan asing yang berdiri tak jauh dari pria berkursi roda itu mulai mendekat dan memberikan sebuah kotak beludru berwarna mereka kepada Clarice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from C to M [END]
FanfictionAwalnya Clarice berpikir dengan melarikan diri bersama kekasihnya akan mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan. Namun, kenyataan pahit seolah menyiram tubuhnya untuk kembali bangun. Clarice telah disadarkan bahwa orang-orang disekelilingnya tidak ada...