Clarice merasa dadanya sakit. Rasa sakitnya seperti tertusuk ribuan belati. Ia tidak berlebihan, memang sesakit itu. Tubuhnya juga lemas dan dingin. Padahal beberapa saat lalu ia baik-baik saja.
Apa karena Clarice memergoki Mahesa yang bermesraan dengan Reisa seperti sepasang kekasih? Lalu membelikan pakaian serta perhiasan mewah perempuan itu?
Tidak mungkin. Kalaupun memang sakit hati, Clarice tidak merasakan sakit itu pada tubuhnya. Ia dan Mahesa tidak memiliki perasaan spesial kecuali kehormatannya sebagai seorang istri yang dikhianati oleh Mahesa.
Clarice hampir lupa, ia seperti ini pasti karena Jasmine. Adik kembarnya itu pasti tengah sakit. Argh! Semua energi, tenaga dan bahkan emosinya lenyap.
"Tan, ini beneran rumah lo?" tanya Arsen tidak yakin.
"Rumah lo kecil banget buset kayak kamar gue." lanjutnya terdengar merendahkan Clarice.
Emosi yang sempat hilang itu kembali merasuki jiwa Clarice. "Iya! Emangnya kenapa?!"
Yah, walaupun reaksi Clarice dulu sama seperti Arsen saat ini tapi bukan berarti ia akan membiarkan orang-orang menghina tempat tinggalnya.
"Dih gitu doang marah. Sensian banget lo, Cla."
"Heh gak sopan! Panggil gue Kakak! Ya walaupun gue juga gak suka gue dipanggil 'Kakak' sama lo karena lo bukan adek gue. Tapi better lah daripada lo manggil gue nama doang sama tante."
"Iya Kakak Clarice." Ucap Arsen dengan nada mengejek.
"Jangan terus-terusan mancing emosi gue kalau lo gak mau jadi pelampiasan."
"Iya-iya. Minta nomor lo dong,"
"Gue gak punya." jawab Clarice yang masih kesal terlebih melihat reaksi Arsen yang terkesan dibuat-buat.
"What?! Serius? Sumpah gue tinggalin negara ini lima tahun doang ternyata gak berubah. Masih ada aja orang terbelakang yang gak punya ponsel. Mana maksa makan di restoran bintang lima lagi."
Plak! Clarice melayangkan pukulannya ke belakang kepala Arsen. Bocah itu tidak tanggung-tanggung menghinanya.
"Sakit!" jerit Arsen sembari mengusap kepalanya. Matanya menatap kesal Clarice.
"Apa? Mau bales gue?" Clarice memicingkan matanya. "Sekali lagi lo ngehina gue, gue pukul kepala lo sampe bego. Minta maaf!"
Arsen berdecak. "Yaudah maaf."
"Kali ini dimaafin."
"Puas lo?!" teriaknya di depan wajah Clarice.
"Puas banget!" balas Clarice tak kalah berteriak. Mereka saling bertatapan beberapa saat. Setelahnya Arsen membuang muka. Pemuda itu mengusap kasar wajahnya seraya tertawa pelan.
Hal tersebut mengundang tarikan ke atas di bibir Clarice. Sebelumnya ia tidak pernah bertemu dengan orang yang berkepribadian sama sepertinya. Dan kini ia menemukan wujudnya yang lain.
"Lo, orang yang pertama bisa mukul gue selain bokap." ucap Arsen.
'Dan lo, satu-satunya orang yang bisa bikin gue tadinya down jadi balik ke Clarice yang biasa' balas Clarice dalam hati. Ia terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.
"Jadi gimana bisa gue hubungin lo buat misi mata-matain mereka?"
"Lo dateng aja besok kesini sebelum jam 7 pagi. Mahesa biasa berangkat kerja jam 7."
"Jujur aja sih gue paling males bangun pagi-pagi." keluh Arsen sembari jarinya mengetuk-ketuk kemudi.
"Ya itu terserah lo. Kalau lo mau mata-matain cewek gatel itu ya lo harus bangun pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from C to M [END]
FanfictionAwalnya Clarice berpikir dengan melarikan diri bersama kekasihnya akan mengantarkannya ke gerbang kebahagiaan. Namun, kenyataan pahit seolah menyiram tubuhnya untuk kembali bangun. Clarice telah disadarkan bahwa orang-orang disekelilingnya tidak ada...