"Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you."
Suara pramugari terdengar lantang dari megaphone pesawat. Beberapa penumpang sontak bangun lalu bergegas merapikan diri supaya nggak malu-maluin pas turun pesawat nanti.
12 jam bukan waktu yang singkat, omong-omong. Nggak semua orang sanggup melamun di dalam pesawat tanpa micingin mata sekejap saja.
Bahkan nggak jarang ada penumpang yang kebablasan sampe harus dibangunin penumpang lainnya. Syukur-syukur kalo dibangunin sama orang yang di kenal, kalo orang itu stranger gimana?
"On behalf of the Airlines and the entire crew, I'd like to thank you for joining us on this trip. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day!"
'Tuk'
"Aduh! Sialan, apa-apaan sih??!"
"Udah landing. Mau tidur sampai pesawat terbang lagi?" Balas sosok tampan berwajah oriental khas Tionghoa.
Lelaki itu mendengus dingin karna nggak dapat sahutan dari perempuan disampingnya. Jangankan sahutan berupa permintaan maaf, si perempuan justru memberinya tatapan tajam nan menghunus.
"Dasar nggak tau diri. Udah tidur sembarangan, ngeces pula. Minimal terima kasih lah."
Si perempuan yang tadinya sibuk memperbaiki rambut, sontak menoleh ke lelaki yang udah berdiri ngeluarin barang dari kabin pesawat. Hari gini masih ada ya jantan hobi ngomel? Batin perempuan itu.
"Eh, Mas. Lain kali naik kelas bisnis biar bahu lo nggak di pake tidur sama orang asing. Dan gue nggak ngeces ya! Jangan nuduh sembarangan!"
"Nggak ngeces lu bilang? Trus ini apa?" Balas lelaki itu sambil nunjukin lengan kemejanya.
Si perempuan menutup bibirnya rapat-rapat. Sial. Sepertinya dia sudah salah bicara. Tapi dia beneran nggak tahu kalo liurnya netes kok...
"Iya iya maaf! Gitu doang ngamuk, tinggal cuci bentar pasti ilang itu bekas liur."
"Enteng ya mulut lo. Badan gue bau jigong nggak lo pikirin?!"
Bibir si perempuan terkatup lagi. Dalam hati mengutuk dirinya sendiri karna sudah lancang tidur di bahu orang asing. Tapi masa bodoh. Lagian udah kejadian juga kan? Toh, waktu juga nggak bisa di ulang.
"Anak muda jaman sekarang apa-apa dipermasalahin. Masih labil kok nekat nikah muda...?"
Keduanya kompak menoleh pada Ibu-ibu yang duduk santai di kursi paling ujung dekat jendela. Ibu itu tampak acuh setelah ngelontarin kata-kata barusan. Beliau tampak asik menggulir layar ponsel sambil sesekali ketawa cekikikan.
Sepasang manusia yang tadinya sempat berseteru tiba-tiba di buat bungkam, antara canggung atau bingung dengan situasi yang mereka hadapi saat ini.
"Ehm. Maaf Bu, tapi saya belum menikah. Siapa juga yang mau sama perempuan bau jigong, paha ke mana-mana, dada ke mana-mana. Ogah." Lelaki itu melengos pergi setelah melontarkan kata-kata penghinaan.
2 orang lainnya di buat melongo menyaksikan sikap kurang ajar lelaki itu. Terlebih perempuan yang lebih muda, dia benar-benar nggak sanggup berkata-kata setelah dikatai sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+