Gaesss... Makasih untuk validasi kalian. Gw jadi balik pede lagi huhu //emot_love_sekebon
...
"Mati beneran gue-- ssshh... Allahu Akbar! Mamaaa..."
"Tahan sekejap. You macam bayi lah..."
"Bukan cuma bayi yang boleh ngerasain sakit, Papa!"
Kediaman Prasetya hari ini super rusuh. Penyebabnya, adalah si sulung yang bertingkah di luar kebiasaannya. Otongnya baru saja di sunat, omong-omong. Namun efek biusnya sudah hilang sehingga sakitnya baru terasa sekarang.
Saat Papa dan Mama sibuk menenangkan Mickey, Aleesha dan Minnie di sudut sana justru tertawa-tawa sambil menyemil kuaci. Dasar perempuan-perempuan laknat. Ingin sekali Mickey gorok leher keduanya, tapi apa daya, sekadar berdiri saja dia nggak kuasa.
"Aleesha, sini! Lo jangan diam aja dong!"
"Kenapa, ko? Mau gue spongin?" Lagi-lagi Mickey di buat kesal mendengar cekikikan Aleesha dan adiknya.
Mama dan Papa hanya bisa geleng-geleng kepala. Mau sok-sokan menggurui tapi mereka nggak kalah nakal waktu muda dulu. Lagi pula mereka sudah tahu bagaimana karakter Aleesha. Binal dan agresif. Persis seperti Mama Joanna waktu muda.
"Mending lo pulang aja, deh! Muak gue liat muka lo--"
"Oh, gitu?! Oke, jangan harap lo bisa liat muka gue lagi."
"No! No, babe-- wait! Nggak gitu maksud koko."
Entah kekuatan dari mana Mickey tiba-tiba bangkit lalu berlari mengejar Aleesha. Tangannya menggenggam sarung bagian depan agar nggak menggesek kejantanannya. Cara jalannya yang aneh benar-benar ngga sedap di pandang mata.
Untung Aleesha masih berada di teras, nggak bisa Mickey bayangkan dia berlari mengejar Aleesha sampai ke rumah seberang.
"Ayang... Koko nggak serius..." Rengeknya.
Bukan Mickey dan Aleesha kalo nggak ada drama setiap harinya. Ada saja hal-hal remeh yang mereka ributkan. Terkadang Aleesha sengaja mencari gara-gara biar mereka bertengkar. Harinya terasa kurang sebelum mendengar Mickey mengerang frustasi.
"Masuk nggak lo? Malu diliatin orang..." Geram Aleesha.
"Koko mau sama kamu. Koko mau tidur sambil genggam tangan kamu."
Anak setan. Mudah sekali dia meluluhlantakkan hati Aleesha. Perempuan mana yang nggak berbunga-bunga saat melihat senyum penuh damba si alis camar?
"Emang seberapa banyak sih?" Aleesha mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Apanya?" Bingung Mickey.
"Kontol lo di buang seberapa banyak." Ulang Aleesha.
Mickey tampak berpikir. "Segini kayaknya." Ucapnya sambil pertemukan jari jempol dan jari telunjuknya.
"Banyak banget. Pendek dong punya lo--"
"Sembarangan. Lo tau sendiri seberapa panjang punya gue, di potong dikit doang mah nggak bakal ngaruh."
"Woww... Pantes sekali bikin langsung jadi." Sahut suara lengking di balik punggung Mickey. Si Minnie tentu saja.
Mickey mengulum bibirnya menahan malu. Salah sendiri terpancing omongan Aleesha. Sudah tahu perempuan itu nggak pernah gunakan otaknya saat berbicara, kok mau-maunya diladeni. Bahkan Aleesha sama sekali nggak peduli dengan kata-kata Minnie. Bukannya ikut malu, dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Gemes banget cowok gue..." Aleesha menyentil pelan puncak hidung Mickey.
"Pala lu gemes. Ayo masuk, temenin gue tidur." Aslinya dia sedang mati-matian menahan salting. Cih. Kebiasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+