Jakarta
Pagi-pagi sekali Aleesha sudah berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk orangtuanya dan juga Mickey. Entah setan apa yang merasuki perempuan itu, dia sendiri pun nggak tahu. Pasalnya baru kali ini hatinya tergerak untuk memasak. Walaupun cuma nasi goreng dan telur ceplok, sih.
"Si Mickey enak banget idupnya, punya babu cakep kayak gue." Dumalnya.
Sebab Mickey nggak bisa sarapan dirumahnya lagi, Aleesha lantas menawarkan diri sebagai babu gratisan lelaki itu. Wait, nggak gratis juga sih... Aleesha nggak sebaik itu, oke? Sebesar apa pun rasa cintanya pada Mickey, bussines is bussines. Aleesha bertugas menyiapkan sarapan, sementara Mickey harus bersedia menjadi sumber uang. Win-win solution.
"Babu mana yang rela mengandung anak majikannya? Nggak ada. Gue doang emang."
Dasar pick me girl. Sok spesial.
"Echa?"
Suara bariton tiba-tiba menyapa telinga Aleesha. Dia menoleh ke belakang kemudian mendapati sang Ayah berjalan ke arah pantry. Pria tua itu sudah rapi, rambutnya yang mengkilat praktis mencuri atensi.
"Hari ini langsung masuk kerja?" Tanya Aleesha dan di sambut anggukan kepala yang lebih tua.
Ibu sedang nggak ada di rumah. Saat mereka baru tiba dari Aceh kemarin sore, wanita itu mendapat panggilan telepon dari salah satu karyawan toko. Sepertinya ada pesanan mendadak dalam jumlah banyak. Jadi jangan heran mengapa hanya Ayah yang muncul di hadapan Aleesha.
"Ayah makan sendiri gapapa, kan? Echa mau ke depan..."
Bukannya Aleesha nggak mau menemani Ayahnya sarapan. Hanya saja dia nggak nyaman berada dalam situasi saling diam.
"Hm."
Tuh, kan?
"Oke, Echa tinggal-- abis makan piringnya nggak usah di pindah, nanti biar Echa yang beresin."
Perempuan itu berucap tanpa jeda. Gerakannya terburu-buru seakan di kejar-kejar hantu. Bahkan dia nggak berani menatap Ayahnya.
"Echa." Panggil Ayah sebelum Aleesha hilang di balik tembok dapur.
Langkah lebar Aleesha seketika berhenti. "Ya, Ayah?" Sahutnya.
Ada jeda sebelum sang Ayah kembali angkat suara. Tangannya merogoh sesuatu dari dalam saku celana. "Buat jajan, jangan keseringan minta uang sama Mickey. Nggak baik." Ucapnya sambil mengulurkan tangan ke depan.
Aleesha segera meraih uang di tangan Ayahnya. Padahal uang jajan minggu lalu masih tersisa banyak. Tapi dia nggak akan menolak kalo di beri lebih. Lumayan buat beli basreng 10 kilo. Pikirnya.
"Makasih, Ayah."
Pria paruh baya itu di buat kaget saat Aleesha tiba-tiba mengecup pipinya. Beliau belum sempat angkat suara dan Aleesha sudah menghilang dari pandangannya.
Sementara Aleesha tampak girang setelah aksinya barusan. Perempuan itu melompat-lompat kecil dalam langkahnya menuju rumah Mickey. Sang pacar lima langkah.
"Eh?! Si gemoy udah balik..."
Oknum halo dek mulai berulah. Sial. Aleesha memutar matanya jengah. Dia enggan berurusan dengan mantan gebetannya itu.
"Lo kekurangan baju atau gimana sih? Topless mulu." Sindirnya.
Jacob terkekeh tampan. Lucu rasanya melihat perempuan yang dulu pernah mengejarnya tiba-tiba berbalik memusuhinya.
"Sengaja, biar kamu dan Raisa makin tergila-gila."
"Dih, pede banget. Najis."
"Najis-najis gini kita pernah tukeran ludah kalau kamu lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+