"350 ribu-- hah? Mahal amat?! Nenek gue juga bisa buat beginian... Paling modalnya nggak nyampe 50 ribu."
Padahal hanya tas anyaman biasa. Fungsinya sama saja seperti tas belanja ke pasar pada umumnya. Ukuran pun standar. Modelnya juga nggak estetik-estetik amat. Intinya nggak bisa dijadikan objek flexing, lantas apanya yang spesial?
Tas jinjing tersebut kembali di taruh ke tempat semula. Aleesha nggak akan rekomendasikan benda itu pada Mickey. Nggak worth it, pikirnya. Matanya fokus melihat rentetan barang, seiring kakinya yang mengayun pelan. Siapa tahu dia nggak sengaja temukan sesuatu yang sekiranya anti mainstream, bukan?
"Ya ampun, lucu banget..."
Tangannya meraih sebuah benda yang terlihat kontras dari benda lainnya. Replika bunga anggrek berwarna pink lengkap dengan vasnya. Ukurannya yang kecil jelas buat Aleesha tergoda. Estetik dan memanjakan mata.
"Omaigat!" Ternyata replika anggrek itu bukan sekadar pajangan biasa, melainkan sebuah lampu tidur.
"Gue harus punya ini. Nggak mau tau. Duh, si tikus ngilang ke mana ya?" Celotehnya sambil celingukan mencari sosok Mickey.
Sebenarnya toko yang mereka kunjungi nggak besar-besar amat, hanya saja isinya lumayan padat hingga menghalangi pandang orang-orang didalamnya.
"Nah, itu dia-- walah... Abis beli boneka rupanya."
Langkah Aleesha kian melebar, bibirnya nggak berhenti tersenyum memandang Mickey dan Meutia yang sedang asik bercengkrama. Nampaknya Mickey sedang memainkan peran seorang Ayah. Pandangan Aleesha terlalu fokus pada keduanya hingga dia nggak sadar seseorang entah dari mana tiba-tiba muncul kemudian menghalangi jalannya.
Aleesha hendak memaki sialan yang sudah berani mencegatnya namun urung sebab dia mengenali si pemilik wajah congkak tersebut.
"Kamu!" Pekik perempuan itu.
"Hai, Cha. apa kabar?"
Oke, saatnya Aleesha memasang wajah pokernya. Apa ada yang lebih buruk dari pertemuan yang nggak disengaja? Pertemuan dengan mantan, omong-omong. Walaupun sudah berlalu lama, tapi nggak bisa dipungkiri kalo Aleesha masih sakit hati pada lelaki dihadapannya ini.
"Kamu kok bisa di sini?!" Tanya Aleesha nggak santai.
"Masa kamu lupa ini toko Mamaku?"
Ya wajar... Hal-hal remeh untuk apa di ingat terus? Buang-buang waktu saja. Lagi pula seingat Aleesha toko Mama mantannya dulunya nggak di sini. Tapi di sekitaran mesjid Raya sana.
"Kalo lupa kenapa memangnya?!" Aleesha masih merespon ketus.
"Kamu nggak pernah berubah. Masih galak." Lelaki mix Arabian itu tersenyum lebar.
Gemuruh di hati Aleesha semakin kentara. Setelah semua pengkhianatan yang dia terima, bisa-bisanya sang pelaku tersenyum lebar seakan nggak ada hal buruk yang terjadi di antara mereka.
"Oh, iya. Aku dengar kamu udah nikah, udah hamil juga, tapi suami kamu sibuk terus ya? Makanya kamu kabur ke sini." Ucapnya lagi.
Apa-apaan! Dari mana datangnya omong-kosong itu?! Aleesha nggak habis pikir siapa yang sudah mengarang cerita sedemikian asal.
"Al?"
"Kak Cut! Tia punya boneka spongebob baru!"
Beban di pundak Aleesha serasa di telan udara. Hilang seketika. Diam-diam perempuan itu menghembuskan napas lega. Gara-gara si cunguk, dia sampai lupa caranya bernapas dengan baik dan benar.
"Ko, Echa mau ini..." Ucapnya sambil perlihatkan barang temuannya.
"Kamu suka?"
"Banget!" Sahutnya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+