Seperti malam yang sudah-sudah, Aleesha terbangun dari tidurnya sebab perutnya berontak minta diisi. Napasnya berhembus kasar, frustasi memikirkan berat badannya yang mulai naik. Untuk seseorang yang sangat menjaga penampilan, bertambahnya berat badan jelas dianggap bencana besar.
"Badan gue makin melar..." Monolog Aleesha sambil menatap lurus ke arah cermin.
Tangannya meraih ponsel di atas nakas, berniat menghubungi Mickey yang kebetulan menginap di rumah sebelah. Mickey memang nggak diizinkan kembali ke hotel karna dia diharuskan mengikuti kelas agama dadakan, dengan Ayah dan Paman sebagai gurunya.
"Halo ko?" Sapa Aleesha saat panggilan sudah tersambung.
"Kenapa, my love?"
Sial. Bulu halus di sekujur tubuh Aleesha seketika berdiri mendengar suara serak Mickey yang super seksi. Tengah malam begini memang waktunya para setan mencari mangsa. Jangan sampai Aleesha kembali terjerumus dalam lubang yang sama. Bisa-bisa di gantung benaran dia oleh sang Ayah.
"Gue laper..." Aleesha menyahut manja.
"Makanlah. Gitu doang harus di kasih tau."
"Sebenarnya lo sayang gue nggak sih?" Entah apa tujuan Aleesha menanyakan hal itu.
"Masih nanya?" Kekehan Mickey terdengar renyah di telinga Aleesha.
"Kalo emang sayang harusnya koko nggak gitu ngomongnya..."
Mickey terdiam di seberang sana. Sepertinya dia sedang merangkai kata-kata yang sekiranya bisa menenangkan hati Aleesha. Di pikir-pikir dia keterlaluan juga, Aleesha sedang hamil jadi wajar kalo tingkahnya nggak se-chill biasanya, bukan?
"Ya udah, koko minta maaf. Jadi Aleesha sayangku cintaku mau makan apa?" Balas Mickey akhirnya.
"Apa aja deh, yang penting koko temenin."
"Alhamdulillah... Anak gue nggak minta aneh-aneh. Tau aja Papanya lagi cosplay jadi gelandangan. Fix gedenya bakal jadi anak yang berbakti kepada orangtua."
"Apa sih ko? Buruan sini, gue laper beneran."
Aslinya si Aleesha lagi mati-matian nahan salting. Mukanya sampai merah bak kepiting rebus.
"Koko otw, jangan lupa bukain pintu." Pesan Mickey sebelum memutus sambungan telepon.
Aleesha mengipas-ngipas wajahnya dengan kedua telapak tangan. Rasanya sangat aneh mendengar Mickey menyebut 'anak gue'. Katakanlah Aleesha lebay sebab merasa jadi wanita paling bahagia setelah mendengar Mickey berucap demikian.
"Kontrol diri lo, Aleesha bego." Dumalnya pada diri sendiri.
Suara langkah kaki terdengar jelas dari luar sana. Aleesha sontak beranjak dari kamarnya kemudian berlari menuju pintu depan. Perempuan itu mengintip dari balik jendela, sekadar memastikan kalo orang yang berdiri di balik pintu benar-benar sosok Mickey.
"Waduh. Kaos hitam, rambut acak-acakan, koloran. Kacau..."
Tok tok
"Bukain, Al. Dingin." Mickey nggak sengaja menangkap Aleesha sedang mengintip dari jendela.
Mengindahkan permintaan Mickey, Aleesha lantas memutar kunci lalu menarik gagang pintu sampai badannya terdorong masuk. Perempuan itu menggigil kedinginan saat kulitnya terpapar angin malam. Pantas saja Mickey ingin cepat-cepat masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+