"Eh?! Bucin kita udah pul-- waduh, waduh, Abang!"
Brakk!
Raisa terperanjat kaget sebab suara pintu yang di banting kasar. Mulut perempuan itu terbuka lebar, tangannya mengelus dada sekedar netralkan detak jantungnya. Dia kaget bukan main. Tapi lebih dominan bingung sih...
Siapa yang nggak bingung melihat seorang Narendra yang super sabar tiba-tiba bersikap sebaliknya? Jangankan Raisa, setan pun pasti di buat bingung.
"Fix, Bang Rendra kesurupan." Celetuknya kemudian.
Pulang-pulang bukannya happy malah emosi. Setahu Raisa Abangnya pergi sama Aleesha beberapa saat lalu. Sudah pasti sikap Narendra barusan berkaitan dengan Aleesha, benar? Oke, Raisa paham sekarang. Sepertinya kencan mereka berakhir buruk.
Susah juga jadi Raisa, mau kesal pada Aleesha, tapi di sini Narendra-lah yang selalu mengejar-ngejar temannya itu. Mau minta Narendra berhenti mengejar Aleesha, tapi Aleesha adalah satu-satunya perempuan yang berhasil menaklukkan hati Narendra.
Asal tahu saja, Raisa sudah pernah bicarakan sisi gelap Aleesha pada Narendra. Tapi apa yang dia dapat? Narendra justru semakin semangat mendekati Aleesha. Kata Narendra, dia ingin bawa Aleesha kembali ke jalan yang benar.
Entah serius atau sekedar guyonan, Raisa juga nggak tahu. Intinya Narendra benar-benar batu.
"Kasian banget Abang gue..." Raisa menggeleng lemah, merasa prihatin dengan kisah cinta Abangnya.
"Mau ke mana kamu--"
"Astagfirullah! Abah!!"
Untuk yang kedua kalinya Raisa di buat kaget. Kalo yang pertama pelakunya si Narendra, kali ini Abah-lah yang memacu adrenalin gadis itu.
"Makanya jangan melamun. Kaget kan lu?" Ledek si Abah. Tengil banget jadi orangtua. Heran...
"Raisa nggak melamun! Tadi itu lagi mikir, anak bujang Abah noh! Pulang pacaran malah galau." Protes yang lebih muda.
"Hah? Rendra pacaran?! Sama siapa?!"
"Heleh, sok-sokan nggak tau..."
Si Abah menarik lembut pergelangan tangan putrinya, matanya mengintip ke dalam rumah sekedar memastikan nggak ada orang lain di sekitar mereka. Omong-omong pasangan Ayah dan anak itu sedang berada di teras depan.
"Mereka beneran pacaran?" Tanya Abah agak berbisik.
"Nggak kayaknya, Bah. Bau-baunya si Abang bertepuk sebelah tangan."
"Masa sih? Aleesha bukannya masih jomblo?"
"Jomblo sih jomblo, tapi banyak yang demen."
Nggak salah juga sih... Tapi bukan itu maksud Abah! Setahu beliau Aleesha nggak dekat dengan lelaki mana pun, selain Mickey tentunya. Masa iya Aleesha lebih suka Mickey daripada Narendra? Nggak masuk akal sekali. Pikirnya.
"Bohong kamu. Si Hasan sudah kasih lampu ijo kok."
"Ya kan masih pak Hasan, belum Aleesha-nya. Ya kali pak Hasan maksa anaknya nikah?"
Sudah nggak jamannya jodoh-jodohan, oke? Kecuali ada pihak yang terlilit hutang, lain lagi itu ceritanya. Jaman sekarang mainnya aplikasi pencari jodoh, apa sih namanya? Tender? Binder? Vander?
"Iya juga sih... Duh, kasihan sekali anak Abah."
"Sama Raisa nggak kasihan?"
"Nggak. Justru Abah senang lihat kamu patah hati."
Bisa gitu ya? Sepertinya hanya Raisa yang dapat tepuk tangan meriah dari keluarganya gara-gara patah hati. Kalo nggak ingat dia pengangguran, mungkin mulutnya sudah semburkan kata-kata makian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+