30

1.3K 184 14
                                    

Aleesha tertawa terpingkal-pingkal melihat sarung yang di pakai Mickey merosot tiba-tiba. Untung lelaki itu sigap menahan bagian depannya sehingga celana dalam dan paha kekarnya nggak begitu terekspos. Mana di sana nggak cuma mereka berdua? Si Bunda sampai palingkan wajahnya ke samping, khawatir matanya akan melihat pemandangan yang tidak diinginkan.

"Gini nih cara ngikatnya." Mickey pasrah saat sarungnya di tarik-tarik lalu diikat super kencang.

"Longgarin dikit, sayang. Koko susah napas."

"Masa sih?" Lantas Aleesha longgarkan simpul ikatan sesuai keinginan Mickey. "Segini cukup?" Tanyanya lagi.

Mickey membalas dengan anggukan kepala. Dia terlalu fokus menatap wajah cantik Aleesha. Tiba-tiba muncul keinginan untuk membombardir wajah Aleesha dengan ribuan kecupan. Sialan. Lama-lama dia bisa gila karna nggak bisa menyentuh Aleesha.

Solusinya cuma satu sih, Mickey harus secepatnya pintar membaca Al-qur'an biar bisa menikahi Aleesha dalam waktu dekat. Pak Hasan benar-benar... Bisa-bisanya beliau mengajukan persyaratan sedemikian rupa.

"Kenapa?"

"Ha?"

"Ck. Dari tadi bengong terus, mikirin apa sih?"

Ya kali jujur? Takutnya Bunda bisa kejang-kejang kalo Mickey nekat ungkapkan isi pikirannya.

"Mikirin oleh-oleh buat orang rumah." Dusta Mickey.

"Dipikirin nanti aja, lagian gue udah janji bakal nemenin lo beli oleh-oleh ntar sore. Sekarang fokus dulu ke sini."

Mereka akan kembali ke Jakarta besok siang, sebab pekerjaan Ayah nggak bisa di tinggal lama-lama. Aleesha nggak tahu harus senang atau sedih saat dia juga diikutsertakan. Pasalnya dia sudah terlalu nyaman tinggal di rumah Neneknya, tapi di lain sisi dia nggak mau jauh-jauh dari Mickey kalo seandainya dia menolak untuk ikut ke Jakarta.

"Siap, ustadzah."

"Apa sih, ko?!" Geram Aleesha.

Kekehan merdu Mickey terdengar setelahnya. Omong-omong mereka hendak memulai kelas belajar membaca iqro' part sekian dengan Aleesha sebagai tutornya. Aleesha dengan tampilan muslimah sejati praktis jadi bulan-bulanan Mickey.

Lelaki itu tahu betul betapa nggak sukanya Aleesha berpenampilan seperti sekarang. Padahal dia selalu suka melihat Aleesha berpakaian serba tertutup. Lain kali akan dia diskusikan hal ini dengan Aleesha.

"Koko udah siap, bisa kita mulai sesi pembelajarannya, ustadzah Humaira?" Rupanya Mickey masih ingin menggoda Aleesha.

"Koko mah..." Rengek perempuan itu.

"Kenapa, sayangku?"

Duh, kalo begini terus kapan mulainya? Bahkan Bunda sudah menyingkir dari sana karna nggak tahan melihat pasangan love bird. Buat sakit mata saja. Mending beliau membantu Ibu Aleesha yang sedang berkutat di dapur, oke?

"Jangan becanda dulu, ko! Lo masih iqro' satu..."

"Namanya juga baru log in. Gimana sih?" Balas Mickey nggak terima.

"Ya, emang. Tapi dua hari belajar harusnya lo udah hapal semua huruf hijaiyah di luar kepala. Katanya pinter, IQ di atas 140. Gimana sih?" Aleesha balik menyerang.

"Susah, Yang. Koko nggak familiar sama tulisan Arab makanya kebalik-balik terus."

Aleesha mana paham? Yang bisa memahami kesulitan Mickey hanyalah nonis dan non Arab. Sekedar informasi, bahkan mostly umat Kristiani buta dengan huruf Ibrani, padahal kitab Injil yang asli di tulis dalam bahasa Ibrani. Begitu pun Mickey, di suruh baca tulisan China kuno saja dia puyeng, apalagi baca tulisan Arab? Double puyeng.

Don't Play-play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang