Minnie memicingkan matanya, menilik alasan di balik kehadiran Aleesha di jam-jam segini. Katanya sih ingin kembalikan barang yang tertinggal, tapi Minnie tahu kalo itu hanya alibi semata. Barang tertinggal apanya? Paper bag yang di bawa Aleesha jelas nggak ada isinya.
"Lo kalo kangen ko Mickey lang--"
"Ssstt!! Jangan dilanjutin." Sergah Aleesha, tangannya membekap mulut yang lebih muda.
Siapa sangka kalo Minnie berhasil menebak isi kepala Aleesha? Bahkan Aleesha nggak berusaha mengelak. Dia menatap sengit Minnie, mengancam gadis itu dengan sorot tajamnya.
"Cupu lo, kak. Padahal tinggal lo temuin orangnya, bilang kalo lo kangen, trus cipok bibirnya sekali. Gue yakin ko Mickey pasti luluh."
"Enteng banget mulut lo ngomong gitu." Sanggah Aleesha, yang di sambut tawa cekikikan Minnie.
Keduanya sedang berada di kamar Minnie, duduk berhadapan di atas tempat tidur dengan mata menatap tajam satu sama lain. Pintu kamar tertutup rapat, Makanya Minnie nggak ragu untuk mencerca Aleesha.
"Gue serius, lo sama ko Mickey kenapa sih? Gue yakin kalian nyembunyiin sesuatu."
Alasan di balik renggangnya hubungan Aleesha dan Mickey masih jadi misteri sampai hari ini. Minnie akui kalo dia nggak pintar-pintar amat, tapi melihat gelagat aneh Mickey dan Aleesha, Minnie jelas tahu kalo permasalahan di antara keduanya nggak kalah rumit dari judul skripsinya.
Mungkin semacam, 'Pengaruh Restu Orangtua Terhadap Kelangsungan Hubungan Percintaan Pasangan Multikultural di Komplek Melati.'
"Ngapain lu senyum-senyum?" Minnie reflek mengatup bibirnya.
Sepertinya dia berpikir terlalu jauh. Belum tentu juga Aleesha ada hubungan dengan kokonya. Yang Minnie tahu, Aleesha naksir Jacob, dan mereka sempat terlibat cinta terlarang.
🎧 Now Playing - Cinta Terlarang by The Virgin
"Lo belum jawab pertanyaan gue." Minnie kembali angkat suara setelah perbaiki tenggorokannya.
"Kayaknya gue udah cerita deh..."
"Nggak. Gue nggak percaya kalo lo cuma dimarahin ko Mickey. Ko Mickey juga keliatan merasa bersalah setelah hari itu. Jujur aja, lo dikasarin kan? Ko Mickey mukul lo kan?"
Sekelebat bayangan kejadian hari itu tiba-tiba kembali muncul. Aleesha menggigit bibir bawahnya, seketika hatinya diliputi rasa nggak tenang. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Di dalam perutnya sedang tumbuh nyawa baru, mungkin dia bisa menutupnya rapat-rapat selama 2-3 bulan ke depan. Lalu setelahnya? Dia harus apa?
"Min, ko Mickey emang marah sama gue, sama kak Jake juga. Terus..." Aleesha enggan melanjutkan kalimatnya. Bulir keringatnya menetes satu-persatu, berat sekali mengungkap kejadian hari itu.
"Gini deh, kak. Lo ke kamar ko Mickey sekarang. Omongin baik-baik masalah kalian. Kalo kalian menghindar terus, mau matahari terbit dari barat juga nggak bakal kelar-kelar." Ucap Minnie.
"Nggak berani..."
Minnie menepuk pelan dahinya. "Au dah, lo sama ko Mickey sama aja. Pusing gue." Serunya kemudian.
Bak memikul beban seberat ribuan ton, pundak Aleesha tampak luruh, pun keningnya berkerut dan disertai buliran keringat yang terus mengucur keluar. Gadis itu jelas tidak baik-baik saja. Apalagi saat mengingat jalan terjal yang akan dia lewati setelah hari ini. Untungnya suara ribut-ribut di luar sana berhasil mengalihkan pikirannya. Setidaknya untuk sementara, benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+