Istighfar dulu yok? 3× aja 😁😁
...
"Selamat siang, tante."
"Siang..." Balas Jenita kebingungan.
Nggak expect kalo orang yang berdiri di balik pintu rumahnya adalah si tampan Jacob. Dia kira Mas-mas kurir yang biasa antar paket.
"Aleesha-nya ada?" Tanya Jacob, yang makin buat Jenita kebingungan.
"Ada, kenapa ya? Anak saya nggak buat masalah kan?"
Ibu mana yang nggak khawatir saat seorang polisi tiba-tiba mendatangi rumahnya dan mencari putrinya? Meskipun polisi tersebut adalah tetangganya, tapi tetap saja Jenita nggak bisa berpikir positif.
"Tenang, tan. Nggak ada masalah apa-apa, kok. Saya ke sini cuma mau jenguk Aleesha." Terang yang lebih muda.
Jenita praktis hembuskan napas lega. Syukurlah, dia pikir kedatangan Jacob sekarang buntut dari kejadian semalam. Siapa tahu Aleesha dan teman-temannya menyembunyikan sesuatu, benar? Semacam korban, mungkin?
"Masuk dulu, nak Jacob." Jacob di tuntun duduk di sofa ruang tamu.
"Makasih, tante. Oh, iya. Ini buat Aleesha." Ujarnya sopan, lalu serahkan parcel buah dan kantong kresek berisi berbagai macam cemilan ke tangan Ibu Aleesha.
"Aduh, jadi ngerepotin. Tunggu sebentar ya? Tante panggilin Aleesha-nya dulu."
Perkataan Jenita di balas anggukan kepala si tampan. Sebenarnya Jenita merasa aneh dengan kedatangan Jacob dirumahnya. Setahunya Aleesha hampir nggak pernah berinteraksi dengan Jacob. Lantas, kok bisa polisi muda itu tiba-tiba bertamu dan ingin menjenguk Aleesha?
Wah, Jenita nggak habis pikir dengan pelet anak gadisnya.
Sejurus kemudian, tubuh mungil Jenita menghilang dari pandangan Jacob. Seragam yang masih melekat di tubuh Jacob seakan pertanda kalo pemuda itu nggak punya banyak waktu. Sebab itulah si Ibu bergegas menemui putrinya.
Jacob menggulir layar ponselnya lalu mengetik sesuatu, membalas pesan yang entah dari siapa itu. Kalo di lihat dari senyum lebarnya sih, kemungkinan dia sedang berbalas pesan dengan Ayang.
Padahal cukup banyak objek menarik yang bisa dilihat di ruang tamu rumah pak Hasan. Deretan piagam penghargaan salah satunya. Dan beberapa medali, dan kumpulan foto timelapse Aleesha dari TK hingga lulus kuliah.
Sayangnya, benda-benda mati tersebut masih nggak kuasa alihkan perhatian Jacob dari layar ponselnya.
"Kak Jake!" Kecuali suara lengking Aleesha.
"Duduk yang sopan." Titah Jenita pada putrinya.
Niat Aleesha untuk duduk di samping Jacob seketika lenyap. Untung Ibunya lebih dulu angkat suara, bisa diceramahi habis-habisan dia kalo sengaja duduk dempet-dempetan sama lawan jenis.
"Maaf ya, kak. Ibu Echa galak." Ucapnya asal.
Jacob tersenyum canggung. Bingung harus respon bagaimana saat Ibu Aleesha masih ada di sana. "Nggak galak kok..." Balas lelaki itu sekadarnya.
"Ibu mana pernah galakin Jacob. Yang ada Jacob sering digalakin Mama-nya sendiri. Iya nggak Jake?"
"Hehe. Nggak salah lagi, tan."
Siapa yang nggak tahu betapa galaknya keluarga Jacob? Khususnya sang Mama, Yunita Lestari Harahap. Asal tahu saja, komplek Melati aman dan tentram sebagian besar karna pengaruh beliau.
Yunita di kenal sebagai pengacara kondang dengan segudang prestasi dan jam terbang yang tinggi. Nggak heran kalo dia disegani oleh orang-orang di lingkungan sekitar. Apa lagi suami dan putranya punya pangkat tinggi di kepolisian. Gimana nggak ketar-ketir para pelaku kriminal di luar sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanficAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+