"Ha! Dza! Rho!"
Jeda sesaat.
"Ba! Rho! T-ta!"
Jeda lagi.
"Kha! Kha! Dza!"
Jeda untuk ke sekian kali.
"Ha! Kh-Ja! Rho!"
"A! Ba! Ta! Tsa! Ja! Ha! Kha! Dza--"
"Ulangi." Interupsi yang lebih tua.
Mickey mengangguk patuh lalu mengulang kembali bacaannya. Kelas hari ini diawali dengan belajar membaca iqro'. Iqro 1, astaga, Aleesha mau menangis saja rasanya. Aleesha memang ikut memantau Mickey, omong-omong. Sekadar memastikan Pamannya nggak berbuat semena-mena.
"Mau lanjut lagi ndak?" Tawar Paman.
"Istirahat dulu boleh ya, Paman? Pusing saya."
"Cih, gitu doang pusing. Lebay." Ledek Aleesha di seberang sana.
"Paman, besok-besok betina satu itu harus dikandangin dulu. Ganggu mulu dari tadi."
"Huss! Calon istrimu itu." Peringat sang paman.
Well, sifat Paman Aleesha lumayan bertolak belakang dengan pak Hasan. Dan Mickey sangat bersyukur dengan hal tersebut. Setidaknya dia masih bisa bercanda di tempat antah berantah ini, nggak melulu tertekan sebab aturan ketat pak Hasan.
Sebenarnya pak Hasan nggak kejam-kejam amat, bahkan beliau terbilang sering bercanda dengan Mickey. Tapi dulu, ya dulu, sebelum Mickey menghamili putri kesayangannya.
"Sok iye lu, tikus. Gue tinggal kawin, mampus lu."
Enteng sekali mulut Aleesha berucap demikian. Nampaknya dia serius ingin hidup sebagai Aleesha si anak nakal. Kalo begitu, mari ucapkan selamat tinggal pada Aleesha yang elok rupa dan akhlaknya.
"Siapa kemaren yang nangis-nangis karna di paksa nikah sama Narendra?" Goda Mickey.
"Nah, betul itu..." Paman ikut menimpali.
"Ihh... Si tikus jangan dibelain. Dia China, Paman! Kan Paman nggak suka orang China..."
"Masih aja bawa-bawa China... Gue sumpahin lu dapet suami turunan China."
"Amin ya Allah..." Aleesha sontak mengamini ucapan Mickey.
Paman tampak kehabisan kata-kata. Tercengang melihat perilaku absurd pasangan didepannya. Aleesha tiba-tiba bangkit dan berjalan mendekati Mickey. Lelaki itu nggak sempat mengelak saat Aleesha dengan agresif memeluknya dari belakang kemudian daratkan sebuah kecupan di leher jenjangnya.
Sepertinya Aleesha sudah nggak sanggup menahan rasa gemasnya. Bermodalkan nekat, perempuan itu lantas pertontonkan tingkah binalnya dihadapan sang Paman. Mickey tentu di buat kaget oleh serangan yang nggak terduga itu. Pun demikian, dia hanya bisa pasrah sambil berharap agar kejadian ini nggak sampai ke telinga pak Hasan.
Bukannya Mickey senang diberi afeksi sedemikian rupa, dia hanya nggak mau menyakiti hati dan fisik Aleesha dengan mendorong perempuan itu menjauh. Lagi pula selain berjanji untuk menjaga batasan dengan lawan jenis, Mickey juga berjanji untuk nggak sakiti hati Aleesha. Tapi kalo Aleesha bersikap semena-mena seperti ini, Mickey harus bagaimana?
"Al, nggak boleh gini..." Cicit Mickey.
Takut-takut dia angkat pandangannya, mencari tahu respon dari sosok didepannya. Jantung Mickey seakan berhenti berdetak saat matanya bertemu tatap dengan mata elang sosok tersebut. Sialan Aleesha. Umpat Mickey dalam hati.
"Jangan diulangi, lain kali Paman ndak akan segan melaporkan kelakuan kalian. Paham kamu, Cut?"
"E-eh? Iya Paman." Balas Aleesha kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Play-play (END)
FanfictionAnother cliche story; kisah cinta beda keyakinan (not that serious tho) CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • Love story • Fluffy, comedy, friendship, family • Harsh words • 18+