7

1.3K 222 49
                                    

"Kesiangan lagi lo?"

"Kamu nanyeaa??" Aleesha menyahut tengil.

Bukan sekali dua kali perempuan itu bangun kesiangan hingga di tinggal sendirian di rumah. Sebenarnya sang Ibu nggak pernah mengharuskan Aleesha datang ke toko setiap hari. Justru Aleesha lah yang bersikeras ingin membantu.

Jenita sih oke-oke saja, lagi pula pekerjaannya lumayan berkurang karna Aleesha mengambil alih meja kasir, di mana tugas itu diampu oleh Jenita sebelumnya. Dan juga, peran Aleesha sebagai kurir dadakan jelas sangat membantu para karyawan.

"Trus ngapain bengong di situ, nungguin Abang gojek?" Tanya Raisa lagi.

"Iya nih, Abang gojek gue kayaknya juga kesiangan."

Omong-omong Raisa sedang menyiram tanaman hias Uminya-- rutinitas yang nggak boleh dia lewatkan di pagi hari. Kalo Aleesha nggak mau di tinggal sendirian di rumah, lain lagi dengan Raisa.

Anak bungsu pak haji itu belum bisa move on dari kehidupan mahasiswanya, sebab itulah dia ragu melangkah maju, dan memulai kariernya sebagai akuntan profesional.

No need to worry, kalo Raisa sudah siap lahir batin menjadi budak korporat, dia tinggal ngadu ke Abangnya. Jadi bagian keuangan di perusahaan travel milik Narendra terdengar cukup keren, bukan? Well, hail nepotism.

"Ko Mickey? Udah cabut orangnya..." Ucap Raisa.

"Hah? Kok cepet!"

"Lagi banyak kerjaan kali."

Aleesha mengerang kesal. Tau gitu mending pesan ojek online dari tadi. Lagian salah sendiri, siapa suruh nungguin Mickey tanpa ngasih kabar? Di kira Mickey cenayang apa?

"Koko tikus nggak ada akhlak." Dumalnya.

"Watch your mouth, honey. Gitu-gitu beliau pegang kartu As kita. Bisa gawat kalo dia bocorin ke Abah."

Raisa berbicara dengan volume suara yang sangat kecil. Jaga-jaga kalo ada telinga nakal yang menguping obrolan mereka. Omong-omong Raisa dan Aleesha jadi lebih dekat setelah kejadian di club malam 2 minggu yang lalu.

Kedekatan keduanya pun mengundang kebingungan dari warga sekitar. Pasalnya sejak kemunculan Aleesha, Raisa cukup gamblang ungkapkan ketidaksukaannya pada putri pak Hasan lewat grup muda-mudi komplek Melati.

"Iya sih, tapi kan nggak ada bukti." Balas Aleesha.

Mickey tuh nggak jahat-jahat banget sebenarnya. Buktinya sampai sekarang Aleesha masih aman-aman saja. Walaupun nggak dipungkiri kalo sifat jail Mickey terkadang merepotkan gadis itu, tapi it's okay lah yaa...

"Mau nggak ada bukti kek, nggak bakal ngaruh. Ko Mickey tuh cerdik asal lo tau."

"Cerdik apaan... Kalo cerdik nggak bakal tuh duitnya di bawa kabur mantan."

"Hah? Gimana, gimana? Spill the tea, sis."

Masih pagi sudah nabung dosa. Nggak heran banyak setan yang pengangguran. Tugas menjerumuskan manusia seakan nggak ada gunanya. Toh, manusia itu sendiri yang buat ulah.

"Raisa, sepatu Abang yang warna coklat kamu taruh di mana?"

Baru saja Aleesha buka mulut hendak memulai sesi ghibah, suara adem Narendra sontak urungkan niat buruknya tersebut.

"Pagi kak Rendra." Sapa Aleesha.

"Pagi juga Aleesha." Balas Narendra.

Raisa di buat tercengang mendapati interaksi nggak biasa Abangnya dan Aleesha. Seumur-umur nggak pernah dia lihat si Abang tersenyum tanpa perasaan canggung pada seorang perempuan. Aleesha pula.

Don't Play-play (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang