Lembaran yang Hilang

457 32 5
                                    

"Lesya..." seorang lelaki memanggil nama Lesya yang duduk diam di kelas.

Lesya terkejut saat hampir semua lelaki di kelasnya telah mengerubunginya dengan senyuman jahil.

"Mau apa kalian?" tanya Lesya was-was.

"Mau godain kamu," ujar seseorang lalu duduk di atas meja.

"Aku duduk sini ya say," ujar seseorang lainnya lalu duduk di bangku sebelah Lesya.

"Pergi sana!" usir Lesya tapi tangan mereka malah maju mencoba menyentuh wajah Lesya. Dengan sigap Lesya menankis tangan mereka.

"Kamu kok cantik banget sih," ujar salah satu dari belakang lalu menyentuh bahu Lesya. Reflek Lesya menghindar dan mengenai seseorang di sebelahnya.

"Mau sama aku?" tanya seseorang yang duduk di sebelah Lesya.

"Minggir!" seru Lesya. Bukannya menyingkir mereka malah semakin menjadi-jadi.

Lesya menoleh ke seluruh kelas. Banyak perempuan yang bukan membelanya tapi justru merekam kejadian itu sambil tertawa puas.

"Keterlaluan!"

"Brak.." Lesya bangkit dari duduknya sambil menggebrak meja yang membuat semua orang terkejut.

Lesya coba keluar tadi dihalangi oleh mereka. "Minggir!" dengan sekuat tenaga mendorong salah satu hingga menyingkir.

Tangan Lesya mencoba merebut handphone yang sedang merekam dia hingga handphone itu hampir jatuh dari tangan.

Lesya berjalan menjauh tapi tiba-tiba tangannya dipegangi oleh salah satu lelaki. Lesya menatap tajam lelaki itu, menendang meja hingga berantakan sambil melepas pegangan tangan. Ia lalu beranjak pergi keluar kelas dengan perasaan kacau.

"Benarkan kata gue," ujar salah satu perempuan.

"Iya, dia seperti bukan Lesya. Lesya mana berani berbuat seperti itu," ujar salah satu lelaki yang duduk di meja Lesya.

"Udah lah Vio, lo itu suka banget buat cerita kalau Lesya itu Adira. Kenapa sih?" protes salah satu lelaki yang duduk menyendiri di belakang.

"Di sini cowok yang protes cuma lo aja. Lihat temen-temen lo gak ada yang protes. Lo itu kenapa sih?" tanya Vio heran.

"Dah lah terserah kalian, gue gak mau ikut-ikut," ujar lelaki itu lalu berjalan keluar kelas.

"Sombong banget tu orang," ujar seseorang kesal.

"Tutup pintunya! Nanti kita bahas hal selanjutnya yang akan kita lakukan ke Lesya," suruh Vio kepada salah satu lelaki.

Lelaki itu berjalan ke arah pintu dengan malas lalu menutup pintu dengan kencang hingga membuat seisi kelas terkejut.

"Lo apa-apaan sih?!" tanya Vio kesal. "Kita lanjut nonton film aja gimana?" Semua orang setuju.

Beberapa orang menutup jendela dengan gorden. Beberapa orang lainnya mempersiapkan laptop dan menyalakan LCD.

"Coba Lesya ada di sini, pasti dia akan paham apa yang selama ini kita maksud," ujar orang yang duduk di sebelah bangku Lesya sambil merangkul senderan bangku sebelahnya yang kosong.

"Kamu mencariku?" tanya seseorang yang duduk di bangku Lesya.

"Sejak kapan kamu di sebelahku?" tanya orang itu terkejut lalu berdiri dari duduknya.

Lesya menatap seluruh orang di ruang kelas dengan kepala yang berputar 360°

"Huwaaaa, Setannn..." teriak semua siswa lalu berhamburan ke pintu kelas.

Mereka berusaha membuka pintu tapi pintu itu telah terkunci. Film yang disetel di LCD tiba-tiba berganti menjadi film horor. Seseorang yang mirip Lesya berjalan mendekati pintu membuat semuanya semakin gemetar ketakutan.

Wajah dan tubuhnya sangat mirip dengan Lesya. Tapi kulit dan kata yang merah pucat juga membuat mereka ketakutan. Bahkan di punggungnya ada darah yang mengalir membuat suasana semakin horor.

"Lo kunci ni pintu ya?"

"Gue cuman nutup, gak ngunci."

"Kenapa gak bisa dibuka?"

"Ya gue juga gak tau."

Lesya semakin mendekat membuat semuanya berlari menjauh dengan rasa takut. "Gue gak akan lupain kejadian hari ini," ujar Lesya lalu menghilang.

Pintu kembali terbuka. LCD masih menyala seperti sebelumnya.

***

Lesya terdiam termenung di taman sekolah. Seseorang mendatanginya dengan buku diary berwarna hitam.

"Lesya, aku dah baca bukunya," ujar Julian membuka percakapan. Lesya menoleh ke arah Julian dengan pelan. "Eh, kamu kenapa?" tanya Julian bingung saat melihat mata Lesya yang berkaca-kaca.

"Gapapa kok," jawab Lesya. Tangannya meraih buku itu lalu membukanya. Seketika Julian merebut kembali buku itu lalu dibuka halaman yang ingin ia ceritakan.

"Kamu jangan baca buku ini," ujar Julian yang membuat Lesya bingung.

"Kenapa?"

"Terlalu sedih." Lesya terdiam sejenak. Ia mencoba membayangkan apa isi di dalam buku itu.

"Di sini ada lembaran yang hilang. Sebuah sertifikat yang disimpan oleh sekolah. Di situ ada nama-nama pelatihnya yang bisa memberi informasi tentang Adira," jelas Julian yang dijawab anggukan pelan oleh Lesya.

"Oh iya, kenapa kamu menangis?" tanya Julian penasaran. "Kamu gak dibully lagi, kan?"

"Gapapa," jawab Lesya singkat.

"Kamu di bully?" tebak Julian. Lesya terdiam cukup lama. "okey, berarti iya."

"Lalu bagaimana denganmu setelah anak buah Dio kembali?" tanya Lesya sedikit khawatir. "Dia gak bully kamu, kan?"

Julian menggelengkan kepala. "Mereka masih sama, hanya saja tidak separah waktu ada Dio." Julian menghela nafas.

"Kamu jaga diri baik-baik ya. Kita juga harus mencari data yang hilang juga sertifikat kejuaraan milik Adira," pesan Lesya yang dijawab anggukan oleh Julian.

"Pagi bestie," ujar Riana dengan nada ceria lalu duduk di samping Lesya. "Eh, si culun dah sampai sini duluan?"

"Enak bener kamu bilang aku culun ya. Punya dendam apa sih?" tanya Julian kesal.

"Sabar bro, dia emang suka mancing emosi orang," ujar Ivan.

"Iya bro. Kamu tau gak? Masa belum kenal dia berani lempar handphoneku dari lantai 3 sampai rusak, remuk, berceceran kemana-mana," imbuh Andre.

"Hei hei, suka banget sih ngomongin aku," ujar Riana heran.

"Kami para cowok gak suka ngomongin orang, kecuali lu Riana," jawab Ivan

"Baru mau ngomong gitu," ujar Julian.

"Bener banget. Kita para cowok emang gak suka bicarain orang kecuali Riana," imbuh Andre yang membuat Riana menghela nafas kesal.

"Nanti aku tanya sendiri ke bu BK. Kalau beliau tidak bisa memberi jawaban, terpaksa besok malam kita harus menyelinap ke ruang guru," ujar Lesya.

"Hah?!" tanya mereka semua secara bersamaan dengan nada terkejut.

"Kamu gila apa? Kita bisa dikeluarkan dari sekolah kalau ketahuan," ujar Riana.

"Bener kata Riana," sahut Julian setuju."Kita lakukan yang waras-waras aja."

"Bisa-bisa rangkingku turun lebih rendah dari Ivan," guman Andre.

"Woiya harus dong," sahut Ivan penuh percaya diri.

"Yaudah biar aku sendiri yang lakuin," ujar Lesya yang membuat mereka tak percaya.

"Iya kami ikut," jawab mereka secara bersamaan sambil menghela nafas pasrah.

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang