Menyelinap

434 30 2
                                    

"Tok..tok..tok.." Lesya mengetuk pintu ruangan BK. Tak lama kemudian pintu dibukakan oleh Bu BK lalu dipersilahkan untuk masuk.

Lesya menaruh buku dairy milik bu BK di atas meja. "Saya sudah menemukannya," ujar Lesya yang membuat Bu BK heran.

"Kenapa kau serius sekali membuka lenbaran lama?" tanya Bu BK penasaran.

"Karena saya ingin memberi keadilan untuk Adira," jawab Lesya serius. Bu BK terdiam cukup lama.

"Oh ya bu, di sini ada lembaran yang hilang. Dan sepertinya memang ada orang sengaja yang menyobek kertasnya," jelas Lesya.

"Memang semanga disobek," jawab Bu BK yang membuat Lesya terkejut.

"Kenapa?"

"Panjang ceritanya."

Lesya menghela nafas. "Lalu bagaimana kami bisa menemukannya?"

"Di ruang guru. Tapi kamu jangan tanya ke guru lainnya. Mereka akan semakin menyembunyikannya."

Lesya menyergit dahinya. "Kenapa?"

"Karena data itu sengaja dihilangkan."

"Saya boleh minta tolong untuk mengambil berkas itu?"

Bu BK menggelengkan kepalanya. "Saya tidak bisa. Kalau mereka sampai tau, saya bisa dipecat dari sekolah ini."

"Separah itu ya," guman Lesya. "Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu. Terimakasih informasinya," pamit Lesya sambil mengambil buku diary lalu keluar ruangan.

***

Mereka telah berpakaian serba hitam. Pukul 20.00 mereka mengatur strategi di halaman sekolah.

"Nanti Julian sama Andre ikut masuk bareng sama aku. Sedangkan Ivan dan Riana jaga di luar," ujar Lesya.

"Loh kenapa aku sama Ivan di luar?" tanya Riana bingung.

"Karena kalian itu berisik. Nanti langsung ketahuan kalau kalian ikut masuk," ujar Andre. Riana menghela nafas kesal.

Mereka bertiga telah sampai di ruang guru dengan cara mengendap-endap dan masuk melalui jendela. Julian menyalakan senter handphone untuk menyinari Andre dan Lesya.

Satu jam berlalu, tapi mereka berdua masih belum menemukan berkas milik Adira. Mereka bertiga berpindah ke sebuah lemari penuh buku informasi siswa.

Sedangkan di luar ada Riana dan Ivan yang bosan menunggu. Apa lagi angin malam berhembus membuat mereka kedinginan.

"Oh ya aku mau tanya sama kamu boleh?" tanya Ivan membuka pembicaraan.

"Boleh. Mau tanya apa?" tanya Riana penasaran.

"Kenapa kamu suka sekali mencari perkara sama orang?"

"Itu caraku mengibur diri."

Ivan menaikkan satu alisnya bingung. "Maksudnya?"

"I'm broken home," jawab Riana lirih.

"Really?" tanya Ivan tak percaya. Riana mengangguk. "Astaga," guman Ivan lalu menghela nafas panjang.

Ivan tak menyangka, perempuan yang suka mencari perkara ini adalah seorang yang broken home. Suasana kembali hening.

"Ah ini dia," ujar Lesya senang saat menemukan selembar kertas piagam dan lembar ijazah milik Adira.

Mereka sedikit heran. Bagaimana bisa Adira yang telah tiada sebelum kelulusan, tapi Ijazah tetap ada.

"Hanya itu?" tanya Julian tak percaya. Lesya mengangguk. "Astaga, kita hampir 2 jam di sini tapi hanya dua kertas yang kita temukan?"

"Ya gimana lagi. Adanya cuman itu," ujar Andre.

"Yaudah ayo keluar," ajak Lesya.

"Cekrek," sebuah suara dari pinth masuk membuat mereka terkejut. Reflek mereka berlari keluar jendela sebelum orang itu melihat mereka di ruang guru.

***

"Ayo pulang!" ujar Andre lirih kepada Ivan dan Riana dengan panik.

Mereka berlima lari tanpa suara keluar dari sekolah. Lesya dengan kuat mencengkram kertas itu agar tidak jatuh. Karena mungkin dengan kertas itu bisa membuka kembali kasus 5 tahun lalu.

***

"Pyaarr..." Seseorang melempar barang ke arah cermin hingga pecah. Nafasnya terengah-engah. Bayangan menakutkan yang ada di cermin hilang.

"Lo kenapa sih ganggu gue terus?!" seru orang itu dengan nada marah.

Tiba-tiba dari sela-sela cermin yang pecah keluar darah. Orang itu melotot juga gemetaran melihatnya. Sosok mengerikan itu muncul kembali dengan wajah yang juga pecah.

"Aaaaaaa...Tolonggg," teriaknya saat orang itu menarik kakinya untuk masuk ke dalam cermin.

Ia menendang tangan makhluk itu dengan kaki satunya. Setelah berusaha keras, ia berhasil lolos dari cermin itu lalu berlari menjauh dengan ketakutan.

***

FRIENDS

Ivan:
Oh ya tadi malam dapat hasil apa?

Andre:
Cuman ijazah sama piagam

Ivan:
Hah? Itu aja?

Andre:
Ya gimana lagi

Tapi di sini ada tulisan alamat pelatih di balik piagam miliknya. Ada juga alamat rumahnya di balik kertas ijazah

Andre:
Oh ya? Bagus dong. berarti titik terang sudah mulai terlihat

Riana:
Kalian yakin mau kesana? Ya kita tau ambil buku dan kunci saja sudah hampir mati gitu. Lalu gimana kalau ternyata disana banyak...

Ivan:
Ssssttt diem. Kamu kalau niat bantu ya jangan banyak protes, harus ikhlas!

Riana:
Iya aku terserah kalian

Besok pulang sekolah kita coba ke alamat rumahnya

Andre:
Okey.

Julian:
Bro...Gue merinding liat anak buah Dio udah mulai berangkat

Traumamu kamu kambuh?

Julian:
Sepertinya

Ivan:
Jangan dilihatin terus lah

Julian:
Aku takut kalau aku dibully lagi sama mereka. Mereka malah duduk di belakangku pula

Ivan:
Yaudah, jangan menengok kebelakang dan nikmati keadaannya, wkwkwk

Julian:
Hmm_-

Lesya mematikan handphone lalu menyimpannya di saku bajunya. Ia mengamati ke segala arah dengan was-was. Ia takut jika Vio membuat rencana lagi untuk dirinya.

Mereka sedang asik bercanda dan saling bertukar cerita horor. Yang pasti tanpa melibatkan dirinya. Lesya sudah terbiasa dianggap bukan teman mereka.

Tiba-tiba lampu mati menyala dengan cepat membuat seisi kelas berteriak. Mereka mencoba membuka pintu kelas tapi gagal.

"Siapa yang mengunci pintu?" tanya salah satu seseorang dengan panik. Tidak ada jawaban dari mereka.

LCD tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Film horor yang selalu mereka putar, kini terputar secara sendiri tanpa ada laptop.

Suasana menjadi tegang dengan lampu yang mendadak meredup. "Tik..tik..tik.." sebuah suara dari jendela menambah suasana tegang.

Terlebih lagi ada bayangan hitam yang menggunakan pisau untuk mengetuk jendela, membuat penghuni kelas berteriak histeris.

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang