Jurang

377 24 6
                                    

"Gini, kamu selama menginap di rumah Lesya, ada yang aneh gak sama dia?" tanya Andre memulai pembicaraan dengan to the point.

Riana terdiam cukup lama untuk mengingat-ingat ada kejadian apa selama ia menginap. Riana menggelengkan kepala sambil memakan makanan di hadapannya, "gak ada yang aneh."

"Gitu ya." Suasana menjadi hening. "Kalau handphoneku gimana?" Pertanyaan Andre cukup membuat Riana tersedak makanan.

"Belum," jawab Riana sedikit takut. Seperti dugaannya, tatapan Andre seketika berubah tajam.

"Yaudah."

Suasana kembali hening. Suara kipas dan jarum jam terdengar. Andre menghela nafas lalu memakan makanannya.

"Oh iya. Kalau misal ada yang suka sama kamu, kamu gimana?" tanya Andre memecah keheningan.

"Aku akan menjauh darinya," jawab Riana membuat Andre terkejut.

"Why?"

"Aku tau kondisi keluargaku kayak apa. Aku juga tau perlakuan mereka kepadaku juga seperti apa. Jadi aku tidak mau orang yang kamu maksud suka aku itu merasakan apa yang aku rasakan," jelas Riana lalu menghela nafas.

"Begitu ya," ucap Andre ikut sedih. "Kan kamu bisa ikut pacar atau suamimu pindah ke tempat lain yang lebih damai."

"Untuk pacar aku tidak tertarik. Untuk suami aku juga belum siap. Lagi pula aku masih ada tanggungan yaitu adikku yang harus aku jaga."

"Kamu punya adik?" tanya Andre.

"Iya. Dan sekarang dia ikut ayahku, jadi aku menginap dengan Lesya sampai ayahku pergi lagi, baru aku bisa pulang untuk menemani adikku.

Andre mengangguk paham. Ia tak menyangka gadis perusuh di depannya ternyata memiliki beban yang berat.

" Dan untuk Handphonemu, maaf aku belum sempat memperbaikinya. Uangku ada di rumah, dan ayahku juga ada di sana untuk menghadangku pulang."

"Tidak masalah," ujar Andre berusaha santai meski hatinya sedikit kesal karena belum juga diservis sampai sekarang.

Suasana kembali hening. Bahkan jalanan pun juga ikut sepi, tak ada kendaraan yang melintas.

"Riana, mau aku kasih tugas?"

"Tugas apa?" tanya Riana penasaran.

"Memantau Lesya terutama saat malam tiba."

***

"Tok.. tok.. tok.." sebuah ketukan pintu terdengar. Tidak lama kemudian muncullah orang dari dalam dengan ekspresi bingung.

"Kalian? Ada perlu apa kalian kemari?" tanya orang itu.

"Bisa kami menginap di rumah paman sementara waktu?" tanya seorang perempuan berpakaian serba hitam, mengenakan topi dan masker.

"Berapa lama?"

"Sampai keadaan membaik."

"Oke. Silahkan masuk."

"Terimakasih," ujar mereka lalu masuk kedalam sebuah rumah.

***

"Gimana keadaan kalian?" tanya Vio kepada beberapa temannya yang terbaring di rumah sakit.

Salah satu dari mereka mengambil buku dan bolpoin lalu menulis sesuatu disana. Setelah mereka terkena baling-baling, mereka susah untuk mengucapkan kata-kata.

"Lo beruntung, bukan lo yang kena," Vio membaca tulisan di kertas. "Hei, maksud lo apa tanya kayak gitu?"

Orang itu menulis lagi di kertas lalu menunjukkannya ke Vio.

"Gue percaya hantu Adira itu ada, dan ia menjaga Lesya selama ini. Kalau bukan karena ide lo, gue dan temen-temen gak akan menginap di rumah sakit seperti ini. Jadi lo nyalahin gue?!" tanya Vio tidak terima.

Tangannya mencengkram kuat rahang orang di hadapannya dengan tatapan tajam. Orang itu hanya bisa mencoba melepas cengkraman tangan Vio tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun.

"Hei, apa yang kau lakukan!" seru perawat yang tak sengaja lewat. Ia segera mendekati mereka lalu mencoba untuk melerainya. "Satpam!" teriak perawat itu.

Tak lama kemudian satpam datang dan dengan sigap langsung memegangi kedua tangan Vio.

"Lepasin!" beberapa kali Vio mencoba memberontak, tapi tenaganya kalah dengan satpam lelaki yang tenaganya jauh lebih kuat.

"Ayo keluar!" ujar satpam sambil memaksa Vio untuk keluar dari ruangan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya perawat kepada teman Vio yang dijawab anggukan. Perawat itu menghela nafas lega lalu kembali menjalankan tugasnya.

"Apa sih!" Vio melepaskan diri dari pegangan satpam lalu membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Jangan membuat keributan di rumah sakit!" tegas pak satpam.

Vio mendengus kesal. Ia segera berjalan menjauh dari lobby untuk mengambil motornya. Ia mengendarai motor keluar dari rumah sakit dengan kecepatan tinggi.

Selama di perjalanan ia menggerutu, menyalahkan orang-orang yang tak memihak kepada dirinya.

Ia memasuki hutan yang lebat untuk menenangkan pikiran dan melampiaskan kekesalannya.

"Ciiittt..." Vio mengerem mendadak saat ada sosok yang lewat didepannya dengan cepat. Ia berniat memprotes sosok itu tapi hilang entah kemana. Ia menghela nafas kesal lalu kembali menaiki motornya.

"Ciiittt... " Vio mengerem motornya lagi secara mendadak saat ada seorang siswi berdiri di tengah jalan.

"Whoy! Lo ada masalah apa sih sama gue?!" seru Vio dengan emosi kepada siswi di depannya.

Siswi itu membalikkan badannya lalu mendekat ke arah Vio dengan perlahan. "Hai, namaku Adira," ujar siswi itu lalu tersenyum. Wajahnya mirip dengan Lesya. Di seragamnya ada beberapa bekas darah yang mengering.

Badan Vio seketika merinding. Ia langsung menancap gas menghindari siswi yang bernama Adira dengan jantung berdetak kencang.

"Adik mau kemana?" tanya Adira yang sudah berasa di depan Vio. Vio dengan cepat menghindarinya. Tapi nasib baik tak berpihak kepadanya. Ia jatuh ke jurang bersamaan dengan motornya.

*****

I'M BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang